Meninjau Kembali Sejarah Banten: Studi Kasus Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dan Implementasi Kepemimpinannya

Pada tahun 2020, penduduk miskin di Provinsi Banten mencapai 857.640 orang atau mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 654.460 orang. Padahal Banten memiliki potensi pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, energi, dan pariwisata yang sebenarnya mampu mereduksi kemiskinan dan mengoptimalkan kesejahteraan rakyat. Pada masa lalu, Banten merupakan pelabuhan besar yang mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1651 sampai dengan tahun 1682. Implementasi strategi yang digunakan oleh Sultan Ageng Tirtayasa dalam membawa kejayaan Banten perlu dikaji sehingga diperlukan peninjauan kembali terhadap sejarah Banten pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Penulisan jurnal ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh Banten dengan mengacu pada masa Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang mengimplementasikan strategi Defence Agency. Metode dalam penulisan jurnal ini adalah metode kualitatif yang diperkuat oleh metode sejarah berupa heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan pengumpulan data melalui wawancara dan studi kepustakaan. Temuan dalam penelitian adalah kemampuan Sultan Ageng Tirtayasa dalam memahami konteks, membuat keputusan dengan mempertimbangkan risiko, dan mengeksekusi keputusan dalam keadaan sulit yang disebut sebagai Defence Agency membuat Banten tetap bertahan dalam menghadapi blokade ekonomi VOC. Kesimpulan penulisan jurnal ini adalah Banten berkembang pesat di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sebagai kerajaan besar dan pelabuhan internasional. Meskipun menghadapi blokade ekonomi oleh VOC dan konflik politik, strategi Defence Agency yang diterapkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa nyatanya mampu membuat Banten mengalami masa kejayaan. Implementasi dari Defence Agency yang diterapkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa tersebut dapat diterapkan pada masa sekarang guna membangkitkan kembali kejayaan Banten pasca Pandemi Covid-19.