
ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES MAKNA KURSI KOSONG TAYANGAN MATA NAJWA EDISI MENANTI TERAWAN
Author(s) -
Rista Mala,
Umi Rahmawati,
Dian Candra Rini Novitasari
Publication year - 2021
Publication title -
jurnal komunikasi dan budaya/jurnal komunikasi dan budaya
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2776-6977
pISSN - 2723-0929
DOI - 10.54895/jkb.v2i1.809
Subject(s) - art , humanities
Pandemi covid -19 berdampak terhadap perubahan Indonesia bahkan dunia. Dengan meningkatnya jumlah pasien yang positif terpapar virus ini membuat masyarakat “khawatir” akan penyebarannya. Namun, terkait penanganan covid-19 ini peran pemerintah khususnya menteri kesehatan menjadi sorotan dimana ia jarang muncul dimedia memberi penjelasan tentang informasi perkembangan covid-19. Selain pemerintah, media menjadi salah satu yang terpenting dalam pemberian informasi terkait pandemi covid-19. Banyak media baik media cetak maupun media elektronik hingga new media yang meliput dan memberitakan melalui televisi tentang penanganan covid-19. Salah satu media televisi yang ikut andil dalam penanganan terkait covid-19 yaitu program Matanajwa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tayangan MataNajwa mewawancarai kursi kosong yang mengandung makna dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes dari tatanan pertama yaitu denotatif dan tatanan konotatif untuk menemukan mitos di tatanan penanda di balik tayangan MataNajwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggambarkan makna yang terdapat pada tayangan MataNajwa edisi Menanti Terawan dan dalam penelitian ini menggunakan jenis paradigm kritis. Hasil dari penelitian ini dapat ditemukan bahwa makna kursi kosong dalam tayangan yaitu Terawan yang dianggap kinerjanya tidak maksimal dan dianggap sering mangkir di media dalam penangan covid-19. Mitos yang ditemukan dalam tayangan yaitu 1. Menteri Terawan harus mundur dari jabatannya dan 2. Kursi kosong mempresentasikan Menteri Terawan yang dianggap tidak ada. Dalam tayangan MataNajwa beranggapan bahwa Terawan sebagai objek bentuk protes terhadap salah satu kinerja pemerintah dalam menangani pandemi
Kata Kunci : Pandemi, Semiotika, Kursi Kosong