z-logo
open-access-imgOpen Access
PENGARUH PERENDAMAN DAN DURASINYA DALAM LARUTAN MADU TERHADAP MASKULINASASI LARVA Oreochromis niloticus
Author(s) -
Aprelia Martina Tomasoa,
Deidy Azhari,
Christian Andelsen Manansang,
Ferly Feybe Dansole
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal ilmiah tindalung
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2655-4291
pISSN - 2442-7381
DOI - 10.54484/jit.v6i2.406
Subject(s) - biology , horticulture , zoology , botany
Budidaya ikan nila monoseks jantan memiliki peranan penting dalam meningkatkan produksi ikan nila. Meskipun saat ini teknik maskulinisasi menggunakan hormon sintetik umum diterapkan namun cara ini berbahaya dari segi keamanan pangan dan konsumen karena sifat karsinogenik dan potensi akumulasi di alam dari hormon sintetik. Sebaliknya, bahan alami seperti madu yang menggandung Chrysin, yang telah diketahui sebagai aromatase inhibitor yang dapat menyebabkan maskulinisasi pada ikan dapat digunakan dalam teknik maskulinisasi. Meskipun demikian, sejauh ini pengaruh perendaman larva ikan nila dalam larutan madu terhadap maskulinisasi masih harus dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman dan durasi perendaman dalam larutan madu terhadap rasio kelamin jantan benih ikan nila. Menggunakan larva berumur 7 hari hasil pemijahan semi-buatan dengan induksi hormon, penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan (durasi perendaman) dengan 1 konsentrasi (15 mL/L). Untuk mengetahui rasio kelamin jantan, analisa histologis dengan pewarnaan asetokarin dilakukan untuk mengamati gonad benih hasil perlakuan. Perendaman larva ikan nila pada larutan madu konsentrasi 15 mL/L selama 20 jam mampu menghasilkan 80% benih berkelamin jantan. Sebagai kesimpulan, durasi perendaman berpengaruh terhadap rasio kelamin jantan yang dihasilkan dan perendaman selama 20 jam adalah durasi perendaman terbaik untuk larva ikan nila.   Farming monosex male tilapia has an important role in improving the production of Nile tilapia. Although synthetic hormone is commonly used to produce male monosex tilapia, this method poses a serious threat to food safety and consumer’s health due to carcinogenic potential and bioaccumulation of the synthetic hormone in ecosystem. In contrast, honeybee is a natural product containing Chrysin, an aromatase inhibitor, which is known to cause masculinity in fish and can be used for masculinization. To date, however, the effect of honeybee on tilapia larvae’s masculinization is yet to be studied. This research aimed to study the effect of immersion and its duration in honeybee’of Nile Tilapia’s Larvae in honeybee’s solution and length of immersion on male ratio. This research was conducted in quadruple consisting of three different times of immersion (duration of immersion) and one concentration (15 mL/L). Using 7-day post hatched Nile tilapia larvae from semi-artificial breeding, we determined male ratio based on histological analysis using acetocarmine stain. The result show that the Nile Tilapia’s larvae treated at the concentration of 15 mL/L of honeybee for 20 hours had the highest male ratio (80%). To conclude, immersion in honeybee solution affected male ratio with 20 hours length of immersion resulting in the highest male ratio for tilapia’s larvae.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here