
Mengimplementasikan Dwi Kewarganegaraan Kristen dalam Era Pos-Sekulerisme
Author(s) -
Gilrandi A. Pramonojati
Publication year - 2021
Publication title -
ritornera - jurnal teologi pentakosta indonesia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2797-717X
pISSN - 2797-7676
DOI - 10.54403/rjtpi.v1i1.11
Subject(s) - secularism , humanities , faith , theology , sociology , philosophy , islam
This article examines the relationship of the Church to politics in post-secularism popularized by Jurgen Habermas. The research method used in this research is literature study. This research finds that, Post-secularism offered by Habermas provides space for the Church to translate the wealth contained in religion into a public message. In the view of post-secularism the Church has an important role to fill in the empty spaces that cannot be achieved by rationality. Habermas's thoughts on post-secularism also serve as a bridge to harmonize faith and rationality, as well as to explain dual citizenship as an unrelated Christian political view.Artikel ini menelaah hubungan Gereja dengan politik dalam pos-sekulerisme yang dipopulerkan oleh Jurgen Habermas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa, Pos-sekulerisme yang ditawarkan oleh Habermas memberi ruang Gereja untuk menerjemahkan kekayaan yang terkandung dalam agama menjadi pesan publik. Dalam pandangan pos-sekulerisme Gereja mempunyai peran penting untuk mengisi ruang kosong yang tidak dapat dijangkau oleh rasionalitas. Pemikiran Habermas mengenai pos-sekulerisme juga menjadi jembatan untuk menyelaraskan iman dan rasional, sekaligus menerangkan kewarganegaraan ganda sebagai pandangan politik Kristen yang selama ini tidka dimengerti.