z-logo
open-access-imgOpen Access
PENGARUH POSISI FILAMEN LYCRA PADA PROSES PEMBUATAN BENANG ELASTAN TERHADAP MUTU BENANG
Author(s) -
Muhammad Fuchri,
Irwan Zaini,
Muhammaad Taufik Ihsan
Publication year - 2020
Publication title -
texere
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2774-1893
pISSN - 1411-3090
DOI - 10.53298/texere.v16i1.7
Subject(s) - physics , mathematics
Salah satu produk unggulan PT IS Tbk. adalah benang elastan yang memiliki karakteristik elastisitas tinggi dan daya serap tinggi. Karakteristik tersebut didapat dari penggabungan dua serat antara kapas dan lycra. Filamen lycra pada proses ini dapat disebut juga sebagai benang inti dan kapas sebagai pembungkus. Proses pembungkusan benang inti didapat pada proses antara peregangan dan penggintiran, dimana kedua serat tersebut tergabung menjadi satu sehingga menghasilkan benang elastan (Ne1 40 cotton + 40 D lycra). Pada Departemen Spinning IV di PT IS Tbk. teknologi pemintalan benang elastan menggunakan mesin ring spinning merk Laksmi Rieter dengan alat tambahan rol pengantar v-groove merek Pinter SA. Pada proses produksi rol pengantar filamen tersebut banyak mendapat getaran dari mesin, sehingga kemungkinan posisi rol pengantar bisa berubah. Perubahan posisi rol pengantar tersebut dapat mempengaruhi posisi filamen lycra pada benang serta memungkinkan terjadi perubahan terhadap mutu benang yang dihasilkan. Pengamatan dilakukan terhadap posisi filamen lycra pada alat tambahan v-groove, dengan percobaan pada proses produksi di mesin ring spinning dengan variasi posisi filamen lycra dengan benang kapas pada area front roll. Setelah dianalisa dengan metoda statistik, terdapat pengaruh posisi filamen lycra pada proses pembuatan benang elastan (Ne1 40 cotton + 40 D lycra) terhadap mutu benang. Dengan membandingkan nilai rata-rata mutu benang yang dihasilkan dan menyesuaikan dengan standar mutu perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari perubahan posisi rol pengantar terhadap mutu benang karena dengan semakin jauhnya posisi filamen menghasilkan kekuatan tarik benang tertinggi (16,14 cN/Tex), mulur benang tertinggi (6,93 %), mempunyai nilai kerataan tertinggi (10,54 %) dan komposisi filamen lycra tertinggi (11,96 %). Berdasarkan hasil pengujian posisi 1 mm dan 2 mm menunjukan mutu benang terhadap kekuatan, mulur, ketidakrataan masih memenuhi standar, namun hanya posisi tengah yang komposisi lycranya memenuhi standar. Hal tersebut dapat mengganggu proses selanjutnya yaitu cacat belang pada kain. Untuk menanggulangi pergeseran rol pengantar maka proses maintenance pengontrolan proses harus berjalan secara rutin, dengan sistem perawatan dan tindak lanjut yang jelas pelaksanaanya serta terjadwal, sehingga penanggulangan pergeseran rol dapat ditangani dengan cepat.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here