z-logo
open-access-imgOpen Access
MASA ‘ADOLESCENCE’ DAN POSTMODERINTAS: TUGAS PERKEMBANGAN ANAK REMAJA DAN ANCAMAN TATA NILAI “NEW MORALITY” MELALUI MEDIA TELEVSI
Author(s) -
Magdalena Grace K Adipati-Tindagi
Publication year - 2013
Publication title -
missio ecclesiae /missio ecclesiae
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2721-8198
pISSN - 2086-5368
DOI - 10.52157/me.v2i2.30
Subject(s) - humanities , art
Alfred Kinsey, seorang ahli Zoology, dua buku karangannya yang telah mengguncangkan nilai-nilai kesusilaan dalam kehidupan seksual di dunia yaitu “Sexual Behavior in the Human Male” dan “Sexual Behavior in the Human”. Kinsey menuliskan “alam memenangkan kesusilaan.” Mereka yang menjalankan kehidupannya dengan berorientasi pada norma-norma agama dan dapat dicap oleh Kinsey sebagai “korban kesusilaan”. Kinsey menempatkan manusia di samping binatang. Pandangan biologis ini, mengakibatkan Kinsey menyebut “manusia human animal”  dan “human mammal,” menurut Kinsey adalah baik kalau manusia memakai daya seksual seperti binatang, dan tidak baik kalau manusia menempatkan kesusilaan di atas alam. Menurut Scheneumann, pandangan manusia yang bilogis ini jauh berbeda dari pandangan manusia menurut Alkitab, manusia diciptakan menurut peta dan gambar  Allah (Kej.1:27; 2:27). Dengan demikian manusia tidak dipimpin oleh insting, melainkan kepribadian yang terdiri dari satu trinitas kecil, yaitu roh, jiwa, tubuh; sehingga kehidupan seksual merupakan bagian integral dari kepribadian seluruhnya dan ditentukan oleh faktor-faktor fisiologis, psikologis, dan rohaniah. Telah dikemukakan sebelumnya tentang dasar filsafat revolusi moral, sejak zaman pencerahan (enlightenment), dunia Barat mengalami perubahan di segala bidang kehidupan termasuk teologi dan etika. Ada krisis moral yang melanda seluruh dunia, tatanan hidup masyarakat dengan nilai-nilai moral yang bersifat tradisional dan kuno, seperti pernikahan, keluarga, Negara yang dulu berlaku diubah. Revolusi moral ditujukan secara khusus di bidang etika dan kesusilaan. Moral baru ini tidak lain dari satu reaksi alam abad ke-20, yang mengganti hukum-hukum atau norma-norma kehidupan yang dari perintah Allah sebagai ketaatan manusia kepada Tuhan, sumber kebahagiaan manusia diganti dengan kepercayaan pada diri sendiri dan menjadi abad dasar pada tingkah laku kebebasan perilaku terhadap aturan-aturan tradisional. Tinjauan filsafat yang melandasi paham “New Morality” seperti yang diuraikan dari ilmu filsafat, sosiologi, psikologi dan teologi, dan postmodernitas. Jadi, paham kebebasan tingkah laku berkembang dan bersumber dari aliran-aliran yang dikemukakan di atas. Suatu pemberontakan manusia terhadap Allah, gereja dan tradisi, berawal dari abad pencerahan di mana manusia merasa diri akil balig, dan menggusur keberadaan Allah dari kehidupan manusia. Dengan semboyan-semboyan, God Is dead, Glory To Man.  Para penganut moralitas baru, ingin membebaskan dirinya dari kesusilaan yang berdasarkan hukum gereja, tuntutan masyarakat yang selama ini diterima dan disetujui sebagai norma-norma perbuatan sikap manusia yang beradab. Pengaruh postmodernitas yang menunjuk pada situasi dan tata sosial, produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya hidup, konsumerisme yang berlebihan, dll. Manusia yang hidup di milenium baru ke-21 ini dilanda oleh gejala atau faktor yang sangat mempengaruhi norma-norma moral yang melibatkan tindakan-tindakan etisnya, yaitu apa yang dikenal dengan istilah ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Teknologi informasi maju dengan pesatnya. Sebagai hasil informasi dari media cetak maupun media audio visual (televisi) yang mengubah wajah dunia. Televisi adalah media potensial sekali untuk menyampaikan informasi tetapi membentuk perilaku seseorang, baik kearah negatif maupun positif. Menurut Dwyer, sebagai media audio visual, televisi mampu merebut 94 % saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu membuat orang mengingat 50% dari apa yang mereka lihat walau hanya sekali tayang, atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah 3 jam kemudian, 65 % setelah tiga hari kemudian. Masa awal remaja (12-15 tahun) adalah masa yang amat meresahkan, oleh karena pada masa pubertas seseorang mengalami perubahan, baik secara fisik maupun perubahan yang lain, mulai dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, berbarengan dengan perkembangan fisik, moral, emosi dan sosial, dan  minat dari kehidupan seksual sampai kepada kehidupan religiositasnya. Oleh karenanya, peran pendampingan sangat diperlukan bagi penyesuaian diri secara positif terhadap setiap perubahan yang ada, agar anak mencapai tugas perkembangannya secara maksimal di usianya. Semoga!.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here