z-logo
open-access-imgOpen Access
Sosiologi Sebagai the Queen of Social Sciences: Sebuah Refleksi
Author(s) -
Rachmad Kristiono Dwi Susilo
Publication year - 2020
Publication title -
muqoddima
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
ISSN - 2745-7168
DOI - 10.47776/mjprs.001.02.02
Subject(s) - humanities , art
Sosiolog adalah pekerjaan mulia, karena sosiolog adalah orang-orang yang mengetahui, memahami, dan menguasai relung masyarakat baik yang terlihat (manifest) maupun yang tidak terlihat (laten), baik sisi masyarakat yang terletak di permukaan maupun di bagian terdalam. Namun bila kita temukan di lapangan, sosiologi tampak masih belum berdaya. Tugas kenabian dan kekhalifahan yang melekat pada sosiolog sulit dibuktikan. Persentase keterlibatan ilmiah sebagian besar ditempati oleh ilmuwan sosial politik terapan. Padahal umur sosiologi cukup panjang: Ibnu Khaldun mengembangkan sosiologi pada abad ke-14; August Comte memberi nama Sosiologi pada abad ke-18; dan di Indonesia, jika dihitung dari Selo Soemardjan yang menyelesaikan studinya dari Amerika pada tahun 1959, umur sosiologi berusia 61 tahun. Sosiologi juga memiliki jargon yang menjadi klaimnya: ratu ilmu sosial. Namun pertanyaannya, apakah sosiologi benar-benar ratu? Walaupun sosiolog Indonesia sudah memiliki asosiasi baik ISI (Ikatan Sosiologi Indonesia) maupun APSSI (Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia) yang sudah cukup aktif bekerja, kita kesulitan menemukan model sosiolog ideal dalam dunia profesional. Penulis menyadari bahwa universitas belum berhasil menghasilkan sosiolog yang benar-benar dapat bekerja tanpa atribut akademik. Melalui tulisan ini, penulis bermaksud untuk memahami dan menjelaskan dilema yang dihadapi oleh sosiologi dan sosiolog Indonesia serta usulan langkah untuk mengatasinya. Penulis memulai dari permasalahan mendasar yang kemudian dikaitkan dengan prinsip dasar dalam sosiologi.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here