
“KAU BUKAN SEPERTI YANG DULU LAGI’ : SEBUAH REFLEKSI TEOLOGIS-ETIS PERCERAIAN
Author(s) -
Amos Winarto
Publication year - 2020
Publication title -
sola gratia
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
eISSN - 2723-2794
pISSN - 2723-2786
DOI - 10.47596/solagratia.v1i1.2
Subject(s) - humanities , psychology , philosophy
Artikel ini bertujuan meninjau secara teologis-etis perceraian.Secara khusus di dalam Perjanjian Baru ada bagian yang menunjukkan bahwa perceraian itu diijinkan. Bagaimana kita menyikapi hal demikian? Apakah ada pertentangan dalam Alkitab? Bukankah dikatakan TUHAN itu membenci perceraian? Namun mengapa Yesus dan Paulus sepertinya mengijinkan perceraian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya akan menganalisa Matius 5:32 (lihat juga Matius 19:9) dan 1 Korintus 7:15. Dari analisa itu saya akan menunjukkan bahwa TUHAN melarang orang Kristen ketika masih hidup untuk bercerai apapun alasannya dan kalaupun perceraian tetap terjadi itu adalah karenadua alasan berikut. Pertama, perceraian bisa terjadi karena untuk melindungi nyawa pihak yang melakukan perzinahan dari hukuman mati. Kedua, perceraian bisa terjadi karena yang menceraikan adalah suami atau isteri bukan Kristen.Kata kunci: pernikahan, perceraian, perzinahan, hukuman mati