
PENENTANGAN LAKI-LAKI MINANGKABAU TERHADAP BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL HAMKA
Author(s) -
Jasril Jasril
Publication year - 2017
Publication title -
genta bahtera/genta bahtera
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2656-1085
pISSN - 2503-2135
DOI - 10.47269/gb.v3i1.1
Subject(s) - humanities , sociology , art , philosophy
Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrialineal yang menempatkan laki-laki pada posisi unik, yaitu tidak memiliki hak warisan atas pusaka turunan dan tidak mewariskan suku kepada anaknya. Dampak perlakuan adat tersebut tidak terlihat secara kasat mata, namun bila dicermati, ditemukan penentangan yang dilakukan oleh laki-laki Minangkabau melalui sastra tradisi seperti pantun, kaba, dan nyanyian. Penelitian ini mencoba melihat sejauh mana novel karya Hamka merefleksikan penentangan laki-laki Minangkabau terhadap budayanya. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa karya sastra modern (novel) merupakan kelanjutan dari sastra tradisi. Teori yang mendasari kajian ini adalah teori sosiologi sastra dengan menggunakan pendekatan mimesis. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskripstif. Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan secara bersamaan dengan teknik baca-catat-analisis, menggunakan metode content analysis dan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa novel karya Hamka sarat dengan pencerminan sosial budaya Minangkabau. Laki-laki dalam budaya Minangkabau berada pada posisi yang tidak menguntungkan, memiliki kekuatan dan kekuasaan, tetapi tidak memiliki hak atas harta pusaka. Oleh sebab itu, laki-laki melakukan penentangan dalam bentuk menolak pulang ke Minangkabau dan meninggalkan Minangkabau. Penentangan yang dilakukan berdasarkan motif agama Islam yang tidak membedakan laki-laki dengan perempuan baik dalam pembagian warisan maupun dalam pernikahan. Kata Kunci: penentangan, laki-laki Minangkabau, budaya Minangkabau, novel Hamka