Open Access
MORTAR GEOPOLIMER ABU SEKAM PADI BERBAHAN DASAR LIMBAH ABU BATU BARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT
Author(s) -
Parea Rusan Rangan,
Ermitha Ambun Rombe Dendo,
Jacob Bokko,
Pramana Angga Mantirri
Publication year - 2020
Publication title -
journal dynamic saint
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2722-5364
DOI - 10.47178/dynamicsaint.v5i1.961
Subject(s) - physics , waste management , engineering
Mortar atau spesi adalah campuran semen, pasir dan air serta bahan perekat, dan diaduk sampai homogen. Mortar merupakan bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai “perekat” untuk membuat struktur bangunan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menemukan material alternatif pengganti semen. Abu terbang produk sisa pembakaran batubara sebagai bahan pengganti semen merupakan bahan pozzolanic yaitu sifat pengikat seperti semen dari abu terbang dan sekam padi dapat meningkatkan kuat tekan mortar geopolymer. Aktivator yang digunakan adalah Sodium Hidroksida (NaOH) yang berfungsi mempercepat proses polimerisasi antar partikel. Abu sekam padi merupakan hasil pembakaran dari olahan padi yang mengandung silika yaitu senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 yang memberikan kontribusi dalam proses pengerasan maupun peningkatan kuat tekan pada mortar. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk kubus 5x5x5 cm, uji tekan dilakukan pada umur 3,7,14 dan 28 hari setelah melalui proses perawatan masing-masing tiga buah sampel. Dengan mennggunakan 15 molaritas,Hasil kuat tekan terbaik mortar ialah pada usia 28 hari dengan kuat tekan 3,13 MPa untuk perawatan suhu udara terbuka dan 3,49 MPa untuk curing perendaman dalam air, Semakin tinggi molaritas yang digunakan dalam komposisi campuran maka semakin cepat proses pengerasan mortar geopolimer. Semakin panjang umur benda uji maka semakin tinggi nilai kuat tekan. Metode Perawatan yang paling baik dilakukan untuk mortar geopolimer adalah perendaman di dalam air, Hasil pengujian kuat tekan proses perawatan perendaman memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode perawatan suhu udara terbuka.