Open Access
ANALISIS POTENSI TEKNOLOGI PEMANEN KABUT (FOG HARVESTING) SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER DAYA AIR TERBARUKAN DI KABUPATEN TORAJA UTARA (STUDI KASUS: DESA BENTENG MAMULLU, KECAMATAN KAPALAPITU)
Author(s) -
Dian Pranata Putra Ambali,
Jumiarti Andi Lolo
Publication year - 2020
Publication title -
journal dynamic saint
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2722-5364
DOI - 10.47178/dynamicsaint.v4i2.884
Subject(s) - physics , forestry , environmental science , humanities , geography , art
Air merupakan sumber daya alam yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia bahkan semua makhluk hidup. Namun saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air ada dua yaitu kuantitas dan kualitas air. Pada saat musim kemarau, kuantitas air yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan air sehingga diperlukan konservasi terhadap sumber daya air alternatif terbarukan untuk pemenuhan kebutuhan air. Kabut memiliki potensi sebagai sumber alternatif air tawar jika dapat dipanen secara maksimal. Pemanen kabut adalah teknologi inovatif berdasarkan fakta bahwa air dapat dikumpulkan dari kabut di bawah kondisi iklim yang menguntungkan. Kabupaten Toraja Utara merupakan dataran tinggi yang memiliki potensi kabut yang dapat dipanen namun belum pernah dilakukan sehingga diperlukan penelitian awal untuk mengetahui seberapa besar potensi air yang dapat dipanen dari kabut. Penelitian ini menggunakan model Standard Fog Collector sebagai alat pemanen kabut. Pemilihan model didasarkan pada kemudahan perakitan alat dan biaya pembuatan serta biaya perawatan yang lebih ekonomis. Alat pemanen kabut yang digunakan berukuran 2m x 1m dibuat sebanyak dua buah yang dipasang saling tegak lurus (bentuk L) agar dapat menangkap kabut secara maksimal dari semua arah angin yang nantinya membawa kabut. Penelitian dilakukan dengan mengukur volume air yang dihasilkan setiap harinya dari alat pemanen kabut. Volume air yang diperhitungkan hanya pada hari dimana tidak terjadi hujan sehingga air yang terkumpul pada penampungan merupakan air yang berasal dari kabut saja. Volume air yang dikumpulkan dari alat pemanen kabut selama 3 bulan penelitian pada bulan pertama sebanyak 1.410 ml, bulan kedua sebanyak 2.560 ml, dan pada bulan ketiga sebanyak 3.750 ml. Rata-rata volume air harian yang diperoleh pada bulan pertama sebanyak 54,23 ml, bulan kedua sebanyak 86,45 ml dan pada bulan ketiga sebanyak 117,10 ml. Volume air pada bulan pertama lebih kecil dibandingkan dengan 2 bulan berikutnya. Hal ini dikarenakan pada bulan pertama sering terjadi hujan sehingga volume air yang masuk ke penampungan tidak diperhitungkan. Selain itu, pada bulan pertama intensitas kabut juga tidak sebanyak pada bulan kedua dan ketiga. Berdasarkan data yang diperoleh, volume air yang dikumpulkan relatif sangat sedikit sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air sehari-hari. Volume air yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mensubsidi kebutuhan air tanaman yang tidak terlalu banyak membutuhkan air. Faktor yang paling berpengaruh pada volume air yang dihasilkan adalah luas bidang tangkap kabut dan penempatan alat pemanen kabut.