Open Access
Kebahagiaan dan Penderitaan dalam Hidup Menggereja di Era Disrupsi: Analisis Surat Filipi
Author(s) -
Murni Hermawaty Sitanggang
Publication year - 2022
Publication title -
jurnal teologi gracia deo
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2655-6871
pISSN - 2655-6863
DOI - 10.46929/graciadeo.v4i2.89
Subject(s) - humanities , happiness , philosophy , theology , psychology , social psychology
Happiness and suffering are two popular topics that are often considered contradictory and discussed separately. It causes an unbalanced understanding that indirectly leads to a misunderstanding due to the influence of successful theology, the law of karma or retribution, and Stoicism. The author argues suffering and happiness need to be discussed together so that a correct reflection on suffering should also contain happiness and vice versa. This paper, then, aims to build a complete thought by studying the letter to Philippians, which is known as the letter of joy, even though it was written in prison (which is identical to suffering). The method used is qualitative with a descriptive approach based on a study of the Philippians letter. The conclusion of the discussion is that because the letter of Philippians states that suffering and happiness are representations of God's grace, as believers, we should not hesitate to pursue happiness even in times of suffering.AbstrakKebahagiaan dan penderitaan adalah dua topik populer yang seringkali dianggap saling berlawanan dan dibahas terpisah. Akibatnya muncul pemahaman yang kurang berimbang tentang keduanya sehingga tidak sedikit orang percaya yang kemudian terpengaruh dengan pemahaman yang keliru dari teologi sukses, konsep hukum karma atau retribusi, dan filsafat Stoisisme. Penulis berpendapat penderitaan dan kebahagiaan perlu dibahas bersama sehingga refleksi yang benar tentang penderitaan seharusnya memuat juga kebahagiaan, dan demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya tulisan ini bertujuan membangun pemikiran yang lebih lengkap dengan. menelaah surat Filipi, yang dikenal sebagai surat sukacita meski ditulis di dalam penjara (yang identik dengan penderitaan). Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif berdasarkan kajian terhadap surat Filipi. Kesimpulan pembahasan adalah karena surat Filipi menyatakan penderitaan dan kebahagiaan adalah representasi kasih karunia Allah, maka kita sebagai orang percaya tidak perlu ragu mengejar kebahagiaan bahkan di saat menderita.