
Sinyalemen Kesenjangan Religiositas Spiritualitas dalam Pergulatan Identitas Masyarakat Agamis
Author(s) -
Y. M. Imanuel Sukardi
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal teologi gracia deo
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2655-6871
pISSN - 2655-6863
DOI - 10.46929/graciadeo.v2i2.40
Subject(s) - humanities , ethnology , political science , sociology , art
The religious life of society is now increasing sharply both in villages and cities. Strong religious nuance is felt in almost every civilization, environment and activities, so it deserves the title of religious society. But the nature and character, behavior and actions in daily life are not directly proportional to the predicate inherent in a religious society. These situations and conditions provide a strong indication of the gap between high religiosity and low spirituality. The gap was allegedly due to the emphasis on religion as identity rather than appreciation and practice. As a result it damages social life in the face of intolerance and makes religion a humanitarian disaster through radicalism. This phenomenon is still evident before our eyes now in this country.
Abstrak
Kehidupan keagamaan masyarakat sekarang meningkat tajam luar biasa baik di perkampungan maupun perkotaan. Nuansa keagamaan kental terasakan hampir di setiap peradaban, lingkungan dan kegiatan sehingga layak mendapat predikat masyarakat agamis. Tetapi sifat dan tabiat, perilaku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari tidak berbanding lurus dengan predikat yang melekat sebagai masyarakat agamis. Situasi dan kondisi tersebut memberi sinyalemen kuat adanya kesenjangan antara religiositas yang tinggi dengan spiritualitas yang rendah. Kesenjangan tersebut disinyalir karena penitik-beratan pada agama sebagai identitas bukan pada penghayatan dan pengamalan. Akibat nya mmerusak kehidupan sosial dalam wajah intoleransi dan menjadikan agama sebagai bencana kemanusiaan melalui radikalisme. Fenomena tersebut masih nyata di depan mata saat ini di negeri ini.