
Difusi Inovasi Pengolahan Lahan Basah Tanpa Bakar di Kalimantan Tengah
Author(s) -
Rani Diah Anggraini
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal penelitian pers dan komunikasi pembangunan/jurnal penelitian pers dan komunikasi pembangunan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2527-693X
pISSN - 1410-8283
DOI - 10.46426/jp2kp.v24i1.113
Subject(s) - peat , geography , agricultural science , business , engineering , environmental science , archaeology
The haze disaster that hit the Central Kalimantan and surrounding areas in 2015 had a broad impact on various fields of life, such as economics, health, and education. The government prohibits land clearing by burning and launching a peat restoration program to prevent the occurrence of the smog haze again while restoring degraded peat ecosystems. However, the diffusion of innovations in peat restoration programs carried out by BRG in which there is PLTB program must deal with the habit of burning land that has been carried out for generations. The study about the process of diffusion of innovations in PLTB program in Central Kalimantan used a qualitative descriptive approach with a case study method. The face-to-face interpersonal communication channel is the main communication channel of the BRG in the process of diffusion of innovation in PLTB program and is considered the most effective. BRG maximizes the role of opinion leaders and change agents as a source of information. BRG also improved the function of Fasdes and established intensive communication with peatland farmers through the WhatsApp group to overcome uneven internet network constraints.
Keywords: Peat Restoration, Land Processing without Burning, Diffusion of Innovations
ABSTRAK
Bencana kabut asap yang melanda wilayah Kalimantan Tengah dan sekitarnya pada tahun 2015 berdampak luas pada berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Pemerintah melarang pembukaan lahan dengan membakar dan mencanangkan program restorasi gambut untuk mencegah bencana kabut asap kembali terjadi sekaligus mengembalikan ekosistem gambut yang terdegradasi. Namun, difusi inovasi program restorasi gambut oleh BRG di mana terdapat program PLTB harus berhadapan dengan kebiasaan membakar lahan yang telah dilakukan masyarakat secara turun-temurun. Penelitian tentang proses difusi inovasi program PLTB di Kalimantan Tengah ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Saluran komunikasi interpersonal secara tatap muka menjadi saluran komunikasi utama BRG dalam proses difusi inovasi program PLTB dan dinilai paling efektif. BRG memaksimalkan peran pemuka pendapat dan agen-agen perubahan sebagai sumber informasi. BRG juga meningkatkan fungsi Fasdes dan menjalin komunikasi intensif dengan petani-petani lahan gambut melalui grup WhatsApp untuk mengatasi kendala jaringan internet yang belum merata.
Kata kunci: Restorasi Gambut, Pengolahan Lahan Tanpa Bakar, Difusi Inovasi