
PENGARUH LINGKUNGAN FISIK LINGKUNGAN SEKOLAH DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PERILAKU ANAK AUTIS DI KOTA PEKANBARU
Author(s) -
Risda Selvia Saragih,
. Zulkarnaini,
Riki Sukiandra
Publication year - 2016
Publication title -
photon: jurnal sain dan kesehatan/photon : jurnal sain dan kesehatan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2579-5953
pISSN - 2087-393X
DOI - 10.37859/jp.v7i01.553
Subject(s) - humanities , psychology , art
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis lingkungan fisik, lingkungan sekolah dan dukungan sosial keluarga terhadap perilaku anak autis. Lokasi penelitian dilaksanakan di Yayasan Sekolah Pelatihan Terapi Anak Mandiri dan Yayasan Special Kids Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan adalah survey terhadap perilaku anak autis. Hasil dari penelitian ini adalah Lingkungan fisik memberikan pengaruh yang bermakna terhadap perilaku anak autis seperti suara handphone, suara hairdryer dan suara lalu lintas dengan stimulus anak melompat-lompat, berlari-lari tanpa tujuan, suka berteriak dan tidak dapat duduk lama. Serta cahaya diruang gelap dan cahaya matahari juga memberikan pengaruh yang bermakna terhadap perilaku anak autis dengan stimulus anak melompat-lompat dan berjalan tanpa tujuan dan ada pengaruh suara dan cahaya terhadap sebagian besar anak sehingga cenderung berperilaku defisit. Pada lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang bermakna terhadap perilaku anak autis, Artinya semakin sering guru sekolah memberikan dukungan dan arahan informatif kepada anak, maka anak semakin dapat berperilaku hiperaktif dengan cara belajar disekolah seperti berolahraga, cara mengucapkan salam kepada teman dan berinteraksi yang baik kepada lingkungan disekitarnya. Kemudian hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial keluarga terhadap perilaku anak autis. Dukungan sosial keluarga yang rendah terhadap perilaku anak yang kebanyakan hiperaktif, sedangkan anak yang kategori defisit hanya sebagian kecil dukungan sosial keluarganya yang tinggi.