
RELIGIOSITAS MASYARAKAT TIONGHOA DALAM CERPEN DI MAJALAH STAR WEEKLY, LIBERAL, DAN PANTJAWARNA TAHUN 1954—1956
Author(s) -
Dea Letriana Cesaria
Publication year - 2020
Publication title -
sirok bastra
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2621-2013
pISSN - 2354-7200
DOI - 10.37671/sb.v8i1.205
Subject(s) - art , humanities
Sastra Peranakan Tionghoa adalah karya sastra dalam bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh orang Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia. Seusai Perang Dunia II, sastra peranakan tetap berkembang. Bentuknya bukan lagi novel tetapi cerpen. Namun, berbeda dengan keadaan sebelum Perang Dunia II, pada zaman Pasca-Perang itu tidak lagi terdapat majalah seperti Tjerita Romans atau Penghidoepan. Kebanyakan karya dimuat dalam majalah-majalah umum atau berita, seperti Star Weekly, Liberal, dan Pantjawarna. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat kontribusi majalah Star Weekly, Pantjawarna, dan Liberal pada tahun 1950-an terhadap publikasi karya penulis Tionghoa. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen dalam majalah Star Weekly, Liberal, dan Pantjawarna menggambarkan religiositas masyarakat Tionghoa dalam menjalani kehidupan yang multikultural di Indonesia. Konsep kemanusiaan dalam ajaran Konghucu erat kaitannya dengan konsep Tepa Sarira dalam kebudayaan Jawa. Chinese Literature is literary works in Indonesian produced by Chinese people who were born in Indonesia. After World War II, peranakan literature continued to flourish. The form is no longer a novel but a short story. However, in contrast to the situation before World War II, the Post-War era there were no magazines anymore, such as Tjerita Romans or Penghidoepan. Most of his work is published in public magazines or news, such as Star Weekly, Liberal, and Pantja Warna. The purpose of this study is to look at the contributions of Star Weekly, Pantja Warna and Liberal magazines in the 1950s to the publication of works by Chinese writers. The method used is qualitative and descriptive methods. The results showed that short stories in Star Weekly, Liberal, and Pantjawarna, magazines illustrate the religiosity of the Chinese community in leading a multicultural life in Indonesia. The concept of humanity in Confucianism is closely related to the concept of Tepa Sarira in Javanese culture.