z-logo
open-access-imgOpen Access
KETAHANAN BAHASA HATAM DI TENGAH ANCAMAN KEPUNAHAN (Hatam Vitality under the Threat of Language Extinction)
Author(s) -
Inayatusshalihah Inayatusshalihah
Publication year - 2018
Publication title -
sirok bastra
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2621-2013
pISSN - 2354-7200
DOI - 10.37671/sb.v6i2.139
Subject(s) - humanities , political science , geography , art
Gambaran mengenai keterancaman bahasa di seluruh dunia cukup suram; hampir tidak ada bahasa yang terhindar dari ancaman kepunahan, baik bahasa dengan jumlah penutur yang besar maupun yang kecil. Demikian pula situasi kebahasaan di Indonesia. Bahasa-bahasa minoritas mulai tergerus oleh bahasa yang lebih dominan. Ketahanan bahasa-bahasa daerah mulai mengalami penurunan karena berbagai faktor penyebab, seperti dominasi bahasa daerah lain atau bahasa Indonesia. Tulisan ini bertujuan melihat ketahanan salah satu bahasa daerah di Papua Barat, yaitu bahasa Hatam yang dituturkan di Kampung Watariri, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan. Dengan metode survei, data kajian dijaring menggunakan kuesioner yang disebarkan ke lima puluh responden yang merupakan penutur jati bahasa Hatam. Ketahanan bahasa Hatam dilihat berdasarkan sembilan kriteria vitalitas yang ditetapkan oleh UNESCO (2003), yaitu transmisi antargenerasi, jumlah penutur, proporsi penutur dalam total populasi, ranah penggunaan, respon terhadap ranah dan media baru, bahan ajar dan literasi, sikap dan kebijakan pemerintah, sikap penutur, jumlah dan kualitas dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahasa Hatam berada pada tingkat “vulnerable” karena tidak memenuhi sembilan kriteria vitalitas. Keberlangsungan hidup bahasa Hatam rentan mengalami ancaman kepunahan meskipun transmisi bahasa antargenerasi masih dipertahankan. Kerentanan ini disebabkan penurunan jumlah ranah penggunaan bahasa dan ketiadaan bahan ajar dan ortografi, serta keterbatasan dokumentasi.  The portrait of language endangerment in the world is quite gloomy; almost no language is spared from endangerment, both languages with large or small speakers. Likewise, the linguistic situation in Indonesia where minority languages are being eroded by dominant languages. The vitality of indigenous languages began to decline due to various factors, such as Indonesian dominance or other local languages. This paper aims to assess the vitality of one languages in West Papua, namely Hatam which is spoken in Watariri, Oransbari District, South Manokwari Regency. Using survey method, the data was collected by questionnaire distributed to fifty respondents who is the Hatam native speakers. Hatam vitality was assessed based on nine vitality criteria proposed by UNESCO (2003), these are intergenerational language transmission, number of speakers, proportion of speakers within the total population, language domains, response to new domains and media, materials for language education and literacy, govermental attitudes and policies, speakers’ attitude towards their language, and amount and quality of documentation. The analysis result shows that Hatam situated in vulnerable level because it doesn’t fulfill the nine criteria of vitality. Viability of Hatam is vulnarable to the threat of extinction even though the intergenerational language transmission is still maintained. This vulnerability is due to a decrease in the number of domains, lacking of material for language teaching and orthograpy, and inadequacy of documentation.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here