
AUTONOME MOLUKSCHE KERK; Upaya Mendengar Suara yang Terbungkam
Author(s) -
Faidah Azuz
Publication year - 2019
Publication title -
kenosis
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2656-4483
pISSN - 2460-6901
DOI - 10.37196/kenosis.v1i2.29
Subject(s) - theology , art , humanities , philosophy
“Di Ambon AMK lahir sebagai protes terhadap kepemimpinan Indische Kerk yang hierarkis, terikat pada birokrasi dan pembiayaan pemerintah, dan kepemimpinannya berada di tangan para pendeta Belanda” (Hal. xiv).“Dengan diproklamasikannya GPM sebagai sebagai gereja yang otonom, maka gereja Maluku bebas dari intervensi Indische Kerk seperti pada masa-masa sebelumya. Melalui independensi yang telah dialami itu, GPM mengambil langkah pertama untuk melakukan persidangan Sinode yang pertama pada tanggal 7 September 1935. Indische Kerk merupakan gereja yang beraliran Protestantisme dan merupakan penerus Gereja Gereformeed (Gereja Protestan Calvinis) di era kekuasaan VOC. Meskipun gereja di Hindia Belanda telah diklaim sebagai gereja Negara sejak tahun 1815, Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie atau Insdische Kerk baru dinyatakan resmi berdiri pada 30 November 1844 dalam sidang pertama Pengurus Gereja” (hal: 75, 25).