z-logo
open-access-imgOpen Access
Tinjauan Pola Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUP dr. Kariadi Semarang Tahun 2009
Author(s) -
Truly Dian Anggraini
Publication year - 2019
Publication title -
jurnal farmasi /jurnal farmasi (journal of pharmacy)
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2656-8950
pISSN - 2302-7436
DOI - 10.37013/jf.v2i1.19
Subject(s) - medicine , gynecology
Demam tifoid termasuk salah satu penyakit infeksi yang banyak ditemukan di negara berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang rendah. Berdasarkan laporan WHO disebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara dengan angka kejadian demam tifoid yang tinggi, yaitu >100 per 100.000 penduduk per tahun. Studi epidemiologi baru-baru ini menunjukkan mulai adanya resiko multi drug resisten (MDR) pada penggunaan antibiotik untuk pengobatan demam tifoid sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien anak demam tifoid di instalasi rawat inap RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari data rekam medik pasien. Sebanyak 100 sampel diperoleh, dan hasil penelitian dianalisis menggunakan metode deskriptif non analitik. Pola penggunaan antibiotik untuk demam tifoid dilihat melalui golongan antibiotik yang digunakan, ada tidaknya penggantian antibiotik selama terapi, kombinasi antibiotik yang diberikan, cara pemberian, lama pemberian antibiotik, efek samping antibiotik, dan interaksi obat yang terjadi akibat penggunaan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode tahun 2009 di instalasi rawat inap RSUP Dr. Kariadi demam tifoid didominasi oleh pasien laki-laki pada rentang usia 6-10 tahun. Golongan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah dari golongan sefalosporin sebesar 55,22%, dari 100 kasus 35 diantaranya mengalami penggantian antibiotik, penggunaan kombinasi antibiotik sebesar 50%, sediaan antibiotik lebih banyak diberikan dalam bentuk injeksi dan untuk lama pemberian antibiotik terdapat ketidaksesuaian lama pemberian antibiotik pada pasien dengan yang tercantum pada Standar Prosedur Operasional yaitu jauh lebih singkat.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here