
ALTERNATIF PENGGANTI TITIK PENAATAN PADA PEMBUKAAN PIT PELIKAN SOUTH EXTENSION
Author(s) -
Yudha Febriana,
Zakaria Al Ansor
Publication year - 2018
Publication title -
prosiding temu profesi tahunan perhapi
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2685-8908
pISSN - 2686-2603
DOI - 10.36986/ptptp.v0i0.25
Subject(s) - physics , forestry , geography
Pit Pelikan South Extension (PSE) merupakan salah satu tambang baru yangakan dibuka oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Versi internal berdasar v70B 2017 diperkirakan terdapat 4,582 juta ton batubara serta 41,075 juta m3 overburden yang bisa dikeluarkan dari perut bumi. Guna mendukung angka tersebut, validasi data diperlukan dengan cara pemboran (eksplorasi) dengan jarak yang rapat 100x100m). Data tahun 1990 memiliki 19 titik lubang, kemudian dari hasil eksplorasi lanjut rencana meningkat menjadi 115 titik lubang. Merapatkan jarak antar lubang berarti menambah bukaan terhadap hutan alami. Sesuai standard operational procedure (SOP) internal perusahaan, aktivitas pemboran dengan jarak 100x100m membutuhkan kolam pengendap berupa titik penaatan. Kedepannya, kolam penaatan ini juga berfungsi untuk menjaga baku mutu air ketika pit sudah dibuka Tantangan di area pit PSE adalah kondisi topografi dimana arah aliran airnya tidak menuju ke satu titik. Kontur yang ada saat ini tersusun seperti jejeran piramid, berbukit curam sempit, dengan 8 titik keluaran air. Luas total daerah angkapan airnya (DTA) 164Ha. Hampir separuh menjadi footprint pit, yakni 80Ha. Area footprint-nya bila dibagi lagi menjadi sub daerah berdasar aliran air terdiri atas 8 sub-DTA. Tiga sub-DTA diantaranya masing-masing harus dibangun kolam untuk menangkap aliran air. Sedangkan 5 sub-DTA yang lain dapat direkayasadengan membuat contour drain untuk mengarahkan aliran ke kolam pompa.Tiga sub-DTA dengan total luasan 56Ha perlu dibuat kolam sebagai syaratsebelum memulai pemboran dan aktivitas penambangan. Pilihannya apakah semua dijadikan sebagai titik penaatan atau bukan? Bila dibuat menjadi kolam titik penaatan, aliran air harus patuh dari ambang baku pH, TSS, Fe dan Mn. Kru water reatment harus tersedia di 3 kolam selama 24 jam. Sedangkan jika tanpa titik penaatan, aliran air harus dibendung kemudian dipompa ke titik penaatan terdekat. Dua pilihan ini harus dipertimbangkan secara tepat, cepat dan hemat.Atas dasar diatas, infrastruktur untuk mengelola air di Pit PSE diputuskandibuat 3 kolam namun tidak dijadikan sebagai titik penaatan. Semua kolamdilengkapi dengan pompa, karena tidak diijinkan sama sekali untuk mengalirkanair ke hilir. Kolam ini sebagai wadah untuk mengumpulkan air dari sub-DTA.Ketika terjadi hujan, kolam akan terisi dari aliran run off. Di elevasi tertentu pompa harus dihidupkan, air diarahkan ke klaster Megaria sebagai kolam penaatan. Dari hasil perhitungan kolam 1 dan 2 harus disediakan minimal pompa berkapasitas masing-masing 0,1m3/s dan kolam 3 berkapasitas 0,2m3/s. Dengan masa layan kolam 3 tahun sampai elevasi batas terluar pit PSE lebih rendah daripada elevasi kolam pompa.