
BENTUK POLA PUKULAN KELUHKUPAN PADA MASYARAKAT SUKU DAYA MUARADUA OKU SELATAN
Author(s) -
Auzi Madona Adoma
Publication year - 2021
Publication title -
besaung
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
ISSN - 2502-8626
DOI - 10.36982/jsdb.v5i2.1840
Subject(s) - psychology , humanities , philosophy
Keluhkupan merupakan suatu alat tradisi yang digunakan masyarakat suku Daya sebagai penyampai informasi dengan menggunakan kayu utama (keluhkupan) dan tongkat (helu) yang dipukulkan dengan pukulan pukulan keras yang memiliki pola-pola irama berbeda dari tanda-tanda musibah yang ada pada tiap pukulan keluhkupan, diantaranya adalah musibah kematian, bencana alam dan huruhara. Adapun ketiga pukulan ini memiliki pola bunyi yang berbeda baik dari dinamika, tempo dan ritme. Masyarakat yang dipercaya untuk memukul Keluhkupan hanya diperbolehkan adalah tokoh adat (laki-laki saja) serta yang menabuh Keluhkupan harus benar-benar mengetahui bagaimana bentuk pola-pola bunyi pukulan Negu Kematian, Negu Sasah Bencana dan Negu Sasah Huru-hara. Negu Kematian dilakukan bila ada masyarakat desa yang meninggal dunia, tokoh adat memukul Keluhkupan dari lembut hingga semakin kuat dengan pukulan dari perlahan hingga semakin cepat. Negu Sasah Bencana pukulan ini dilakukan jika ada bencana tokah adat memukul Keluhkupan dengan kuat dan cepat. Negu Sasah Huru-hara pukulan ini sebagai isyarat bahwa telah terjadi perkelahian tokoh adat memukul Keluhkupan dengan cepat dan kuat yang menandakan tergesah-gesah atau Kesasah.