
MAKNA SIMBOLIK ARSITEKTUR RUMAH ADAT KARAMPUANG DI KABUPATEN SINJAI
Author(s) -
Ansaar Ansaar
Publication year - 2016
Publication title -
walasuji
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2502-2229
pISSN - 1907-3038
DOI - 10.36869/wjsb.v7i2.139
Subject(s) - humanities , physics , art
Rumah adat Karampuang memiliki arsitektur tradisional Bugis kuno yang dihuni oleh para pemangku adat setempat, seperti Tomatoa, Sanro, dan Guru. Rumah adat yang terletak di Dusun Karampuang, Desa Tompobulu, Kabupaten Sinjai ini berfungsi sebagai rumah tempat tinggal sekaligus memiliki fungsi sosialbagi masyarakat pendukungnya. Materi kajian ini diambil dari hasil penelitian lapangan yang menggunakan metode wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Kajian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang bentuk dan fungsi arsitektur rumah adat Karampuang dan mengungkap makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah adat Karampuang yang merupakan karya arsitektur tradisional masyarakat Karampuang memiliki bentuk persegi empat panjang dengan jumlah tiang sebanyak tiga puluh buah, atapnya berbentuk prisma bersusun dua, serta tangga, pintu, dan dapur terletak di tengahtengah badan rumah (lontang dua). Bagi masyarakat Karampuang, tiang-tiang tersebut merupakan simbolkeagamaan yang mengandung makna bahwa kitab suci agama Islam, Alqur’an, terdiri atas tiga puluh juz; penempatan tangga dan pintu di tengah-tengah badan rumah merupakan simbol dari alat reproduksi wanita; dan dapur sebanyak dua buah yang ditempatkan di dekat pintu bagian atas merupakan menifestasi simbolik dari buah dada perempuan sekaligus mengandung makna bahwa perempuan adalah sumber kehidupan manusia, begitu pula dapur adalah sumber kehidupan di rumah.