z-logo
open-access-imgOpen Access
ANDI PABBENTENG, RAJA BONE XXXIII: HUBUNGANNYA DENGAN BELANDA (1946-1951)
Author(s) -
Rismawidiawati Rismawidiawati
Publication year - 2020
Publication title -
walasuji
Language(s) - Uzbek
Resource type - Journals
eISSN - 2502-2229
pISSN - 1907-3038
DOI - 10.36869/wjsb.v7i1.96
Subject(s) - humanities , raja , art , biology , paleontology
Proses pembentukan peradaban suatu masyarakat tidak terlepas dari peran atau pengaruh penting seorang tokoh. Dalam skala kerajaan, tokoh yang dimaksud adalah raja. Selama ini, sejarah seolah-olah berpihak pada tokoh atau peristiwa besar saja, sehingga terkadang ada tokoh/peristiwa yang luput dari penulisan. Tokoh Andi Pabbenteng yang diulas pada artikel ini adalah Raja Bone ke-33. Tulisan tentang Andi Pabbenteng masih jarang dijumpai, meskipun beliau adalah seorang raja. Berdasarkan hal tersebut, artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan sepak terjang Andi Pabbenteng selaku Raja Bone ke 33 dan menjelaskan hubungannya dengan Belanda. Artikel ini menggunakan metode historis dengan menelusuri berbagai sumber pustaka dan melalukan wawancara dengan sejarawan dan pemerhati sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Andi Pabbenteng diangkat menjadi raja Bone pada 1946 berkat kedekatannya dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Andi Pabbenteng, beliau dapat mengendalikan keamanan dengan cara menjinakkan para pejuang. Wibawa sosial yang dimiliki Andi Pabbenteng menjadi modal sosial yang sangat besar. Pada waktu Pasukan Istimewa Baret Merah Westerling melakukan pembantaian di banyak tempat, Andi Pabbenteng berhasil meyakinkan Westerling untuk tidak masuk ke dalam wilayah kekuasaannya. Pada masanya, beliau sangat aktif menghilangkan perjudian, perampokan, dan pencurian, karena ketiga hal itu dapat menganggu keamanan dan ketenteraman dalam negeri.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here