
Penatalaksanaan Wanita Dengan Rinore Lcs Dan Meningoensefalokel Akibat Patensi Sternberg’s Canal
Author(s) -
Desy Iriani,
Anna Mailasari Kusuma Dewi,
Dody Priambada
Publication year - 2021
Publication title -
medica hospitalia: journal of clinical medicine/medica hospitalia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2685-7898
pISSN - 2301-4369
DOI - 10.36408/mhjcm.v8i1.574
Subject(s) - medicine , gynecology
Latar belakang : Rinore liquor cerebro spinal (LCS) adalah kebocoran LCS yang terjadi karena adanya defek pada basis kranii sehingga terdapat hubungan antara intrakranial dengan cavum nasal. Sternberg’s canal merupakan defek kongenital di dinding lateral sphenoid. Kasus ini menjelaskan etiologi serta penatalaksanaan pasien rinore LCS dan meningoensefalokel.
Laporan kasus : Dilaporkan wanita usia 32 tahun dengan keluhan keluar cairan hidung kiri terkadang mengalir deras, hilang timbul selama 1 tahun disertai pusing. Pemeriksaan CT scan menunjukkan defek tulang di lateral sfenoid kiri disertai lesi isodens di sinus sfenoid, hal ini diperjelas dengan hasil MRI yang menggambarkan meningoensefalokel. Pasien dilakukan operasi sfenoidektomi dengan endoskopi kerjasama dokter THT dan Bedah Saraf, dilakukan pemasangan lumbar drain, identifikasi lokasi kebocoran LCS dan pemasangan graft lemak. Evaluasi 6 minggu pasca operasi, keluhan keluar cairan hidung dan pusing sudah tidak ada. Pasien mengalami perbaikan dan peningkatan kualitas hidup.
Pembahasan : Kasus rinore LCS mempunyai beberapa etiologi, setelah melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, didapatkan etiologi pada kasus ini yaitu akibat patensi Sternberg’s canal. Pada kasus ini dilakukan penanganan operatif karena keluhan sudah lama dan etiologi sudah jelas. Kerjasama multidisiplin diperlukan, untuk pemasangan lumbar drain dan pemasangan graft lemak dengan kerjasama yang baik.
Kesimpulan : Penatalaksanaan rinore LCS dibagi menjadi konservatif dan operatif. Keberhasilan penanganan rinore LCS bergantung pada tajamnya penilaian dokter dalam memutuskan tatalaksana yang tepat agar pasien dapat tertangani dengan cepat sebelum terjadi komplikasi.