z-logo
open-access-imgOpen Access
SISTEM PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN AL-AZIZIYAH ANALISIS TERAPAN METODE DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN FORMAL DAN NON FORMAL
Author(s) -
Mahmud Mahmud
Publication year - 2019
Publication title -
jupe : jurnal pendidikan mandala/jupe : jurnal pendidikan mandala
Language(s) - Latvian
Resource type - Journals
eISSN - 2656-6745
pISSN - 2548-5555
DOI - 10.36312/jupe.v4i5.832
Subject(s) - humanities , physics , mathematics education , psychology , art
Diakui bersama pada awal berdirinya pondok pesantren yang diakui bahwa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan holistik dimana para pengasuh pesantren memandang bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kesatupaduan dalam totalitas kegiatan hidup sehari-hari, sehingga bagi warga komunitas pondok pesantren belajar tidak mengenal perhitungan waktu, kapan harus dimulai dan harus selesai, dan target apa yang harus dicapai. Dalam kegiatan pembelajaran mereka sama mengaku bahwa ilmu agma fardu ain dipandang sakral sedangkan ilmu umum fardu kifayah tidak sakral. Dalam perkembangannya sejumlah sejumlah metode dapat diterapkan oleh guru atau ustadz/ustadzah dalam kegiatan pembelajaran antaranya (1) metode ceramah, (2) metode tanya jawab, (3) metode demonstrasi, (4) metode eksprimen, (5) metode diskusi, (6) metode sosiodrama dan bermain peran, (7) metode drill (latihan), (8) metode tim teaching (mengajar beregu), (9) metode problem solving (pemecahan masalah), (10) metode resitasi (pemberian tugas), (11) metode kerja kelompok, dan (12) metode simulasi. Demikian juga ketika pembelajaran Bahasa Arab yaitu (1) metode muhadasah (bercakap-cakap), (2) metode muthala’ah (membaca), (3) metode imla’ (dekte), (4) metode insya’ (mengarang), (5) metode mahfudzat (menghafal), dan (6) metode qawaid (nahu saref). Juga dalam kajian kitab kuning pada pembelajaran nonformal adalah (1) metode sorogan, (2) metode bandongan, dan (3) metode wetonan, dalam upaya pemahaman keilmuan baik ilmu umum terlebih ilmu agama (Ilmu Fikih, Qur’an-Hadis, Aqidah-Akhlak, SKI, dan kitab-kitab klasik/kitab kuning) kepada para santri. Tuntutan kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan metode yang relevan dengan tujuan menjadi suatu keharusan baik di kelas non formal terebih di kelas formal. Adanya perbedaan penerapan jenis metode pembelajaran disebabkan karena tujuan pembelajaran yang berbeda, sehingga ketika guru memberikan pemahaman/kognitif tentunya jenis metodenyapun sesuai dengan tujuan tersebut, demikian juga ketika tujuan mengarah pada ranah afektif dan psikomotorik demikian juga adanya. Ini berarti tuntutan untuk mengetahui jenis-jenis metode dan keterampilan dalam terpannya secara terpadu menjadi suatu keharusan, yang keberhasilannya diperoleh melalui penerapan jenis alat evaluasi yang juga searah dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Dalam kenyataannya tuntutan tersebut dikalangan guru di Pondok Pesantren Al-Aziziyah belum terpenuhi meskipun secara akademis tingkat pendidikan mereka sebagaianbesar S.1 dan bahkan ada yang S.2. Guru yang memiliki jenjang pendidikan S.2 adalah 15 orang dari 213 guru atau 7,04 %, jenjang pendidikan S.1 160 orang atau 75,12 %, jenjang Diploma 2 orang atau 0,94 %, dan jenjang pendidikan SMA/MA 36 orang atau 16,9%.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here