z-logo
open-access-imgOpen Access
PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BANDAR LAMPUNG
Author(s) -
Ernawaty Siagian
Publication year - 2020
Publication title -
jurnal skolastik keperawatan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2443-1699
pISSN - 2443-0935
DOI - 10.35974/jsk.v6i1.2280
Subject(s) - humanities , physics , medicine , art
Pemberi layanan kesehatan harus mengutamakan keamanan pasien sebagai perioritas. Sebagai tenagakesehatan dengan jumlah terbesar, perawat mempunyai andil besar dalam meningkatkan budayakeselamatan pasien di rumah sakit. Penting untuk mengkaji penerapan budaya keselamatan pasien padaperawat, sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan dalam melakukan perbaikan.Penelitian descriptivecomparative cross sectional design dilakukan kepada 50 responden perawat dari instalasi gawat darurat,Hemodialisa, Instalasi pasien rawat jalan dan ruang operasi dengan menggunakan instrument HospitalSurvey of Patient safety Culture (HSOPCS) yang terdiri dari 12 dimensi. Uji statistic Mann Whitneydigunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penerapan antara staff pelaksana dan incharge,antara head nurse dan kepala ruangan.Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata respon positif dari 12dimensi yang diberikan oleh staf pelaksana (74,6%). Ada 5 dimensi yang perlu di tingkatkan yaitupersepsi tentang keselamatan pasien secara menyeluruh (70,5%), harapan dan tindakan manajer dalammeningkatkan keselamatan pasien (65,7%), respon tidak menghukum terhadap kesalahan (48,6%),staffing (70,5%) serta overan dan transisi (65,7%). Sementara incharge mempunyai nilai rata-rata (79,4%). Ada 4 dimensi yang perlu ditingkatkan yaitu frekuensi pelaporan insiden(66,7%), persepsi tentangkeselamatan pasien secara menyeluruh (55,6%), harapan dan tindakan manajer dalam meningkatkankeselamatan pasien (41,7%),dan staffing (66,7%). Pada head nurse nilai rata-rata respon positif dari 12dimensi (76,7%). Ada 5 dimensi yang perlu ditingkatkan yaitu persepsi tentang keselamatan pasien secaramenyeluruh (62,5%), harapan dan tindakan manajer dalam meningkatkan keselamatan pasien (65,6%),respon tidak menghukum terhadap kesalahan (50%), kerjasama tim antar unit (68,8%) serta overran dantransisi (56,3%). Pada kepala ruangan nilai rata-rata respon positif dalam 12 dimensi (88,6%). Ada 1dimensi yang perlu ditingkatkan yaitu respon tidak menghukum terhadap kesalahan (66,7%). Terdapatperbedaan yang signifikan antara staf pelaksana dengan incharge, antara head nurse dengan kepalaruangan dalam penerapan budaya keselamatan pasien. Dengan meningkatkan penerapan budayakeselamatan pasien diharapkan perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif, berbasisevidence dan berpusat pada kebutuhan pasien sehingga keselamatan pasien dirumah sakit dapat tercapai.Kata Kunci: Budaya keselamatan pasien, Perawat, HSOPSC

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here