z-logo
open-access-imgOpen Access
MAHKOTA SIGER SEBAGAI SARANA AKULTURASI TATA RIAS JAWA DAN SUNDA: KAJIAN BUDAYA
Author(s) -
Cita Raras Nindya Pangesti,
Atiqa Sabardila
Publication year - 2020
Publication title -
etnoreflika
Language(s) - Spanish
Resource type - Journals
ISSN - 2355-360X
DOI - 10.33772/etnoreflika.v9i3.897
Subject(s) - humanities , physics , art
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeksripsikan latar belakang terjadinya akulturasi tata rias Jawa dan Sunda, (2) mendeksripsikan anggota masyarakat yang memilih akulturasi tata rias Jawa dan Sunda, (3) mendeksripsikan bentuk akulturasi tata rias Jawa dan Sunda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian ini diperoleh dari studi lapangan untuk melakukan observasi, wawancara, serta teknik dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada salah satu make-up artist dan sejumlah masyarakat di kabupaten Blora, Jawa Tengah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang adanya percampuran atau akulturasi tata rias Jawa dan Sunda adalah karena pengaruh dari teknologi yaitu melalui peranan media sosial. Dari 30 responden, masyarakat yang paling banyak memilih tata rias Sunda siger adalah masyarakat asli dari Kabupaten Blora maupun dari kabupaten/kota di Jawa Timur. Data menunjukkan sejumlah 28 pengantin yang berdomisili Jawa dengan persentase 93%. Bentuk akulturasi dari tata rias Jawa dan Sunda adalah lebih menonjolkan pada penggunaan siger Sunda. Untuk busana sebagian besar masih menggunakan kebaya beludru atau kebaya biasa dengan ciri khas dari kebaya pengantin Solo Putri. Pada hasil tata rias yang sudah terpengaruhi oleh Sunda Siger yaitu pada warna blush on. Blush on mengikuti tata rias Sunda siger yang berwarna merah samar, berbeda dengan tata rias Solo Putri yang menggunakan warna merah merona.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here