
Kajian Pengaruh Intensitas Suara Terhadap Bangunan Cagar Budaya Berbahan Batu Tahap II
Author(s) -
Linus Setyo Adhidhuto,
Jati Kurniawan,
Nur Amri Susilo,
Puji Santoso,
Ajar Priyanto
Publication year - 2019
Publication title -
borobudur /borobudur
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2721-1517
pISSN - 1978-8584
DOI - 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v13i2.210
Subject(s) - physics
Kegiatan konser musik atau acara lainnya yang menggunakan sound system besar sering dilaksanakan di Candi Borobudur, Candi Prambanan serta candi-candi lainnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelestari cagar budaya akan dampak buruk suara keras yang dihasilkan oleh speaker terhadap cagar budaya.
Pada kajian tahap pertama telah dilaksanakan pengukuran getaran yang timbul pada lantai dan dinding pemikul beban candi akibat terpapar suara keras ketika berlangsung konser dan acara lainnya. Pada kajian tahap kedua ini dilakukan pengukuran getaran pada komponen batu candi bagian paling atas yang tidak menerima beban di atasnya sehingga tidak ada redaman tambahan akibat beban batu lain. Selain itu juga dilakukan percobaan getaran akibat suara dengan variasi ukuran serta susunan batu untuk dapat membuktikan terjadinya fenomena resonansi getaran.
Pengukuran kecepatan getaran akibat suara konser mencapai 0,0338 mm/s, masih jauh dari batas ambang getaran kejut oleh Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 2 mm/s. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya konser musik yang berlangsung di Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Prambanan pada tahun 2017 dan 2018 tidak menimbulkan getaran yang berbahaya bagi struktur candi, baik itu getaran pada lantai, komponen pemikul beban dan batu teratas.
Fenomena resonansi batu pada frekuensi naturalnya bisa terjadi dengan pertimbangan bahwa batu berukuran kecil dan ringan, memiliki frekuensi natural yang rendah dalam rentang audiosonik, serta diapit batu lain dengan frekuensi natural yang mirip. Dari hasil kajian ini juga ditetapkan batas intensitas suara di depan speaker pada titik-titik yang sering digunakan sebagai panggung. Penetapan batas ambang ini didasarkan pada kesehatan manusia yang berada di lingkungan candi, mengingat kecilnya dampak suara terhadap bangunan dan struktur cagar budaya berbahan batu.