z-logo
open-access-imgOpen Access
Minyak Atsiri untuk Konservasi Cagar Budaya Berbahan Batu Tahap II
Author(s) -
dkk Sri Wahyuni
Publication year - 2017
Publication title -
borobudur /borobudur
Language(s) - Uzbek
Resource type - Journals
eISSN - 2721-1517
pISSN - 1978-8584
DOI - 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v11i1.167
Subject(s) - physics , traditional medicine , medicine
Lumutkerak/lichen merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kerusakan danpelapukan pada Cagar Budaya berbahan batu. Bahan kimia AC 322 selama ini merupakan satu-satunya bahanyang digunakan untuk mengatasi permasalahan lumut kerak yang menempel pada permukaan batu. Oleh sebabitu perlu dicari bahan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi lumut kerak/lichen. Pengembangan metodedan teknik konservasi berbahan tradisional mulai banyak dikembangkan.Bahan tradisional banyak sekali ditemui di alam. Salah satunya adalah minyak atsiri yang dapat digunakansebagai pestisida alami untuk mengatasi permasalahan lumut kerak/lichen. Pada tahun 2014, Balai KonservasiBorobudur bekerjasama dengan UniversitasIslam Indonesia dalam rangka penanganan lumut kerak menggunakanminyak atsiri. Minyak atsiri yang digunakan dalam penelitian adalah minyak atsiri cengkeh, minyak biji pala danminyak serai wangi.Tahun 2015 juga dilakukan kajian terhadap penggunaan minyak atsiri nilam, temulawak,dan terpentin untuk menghambat pertumbuhan lumut kerak pada Cagar Budaya batu andesit. Percobaan yangtelah dilakukan pada tahun 2014 dan 2015 hanya terbatas pada pengujian daya hambat pertumbuhan jamur.Mengingat lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dan alga, maka perlu dilakukan uji coba minyak atsiriuntuk menghambat pertumbuhan mikroalga. Kajian lanjutan pada tahun 2016, dilakukan pengujian minyak atsirisebagai bahan untuk menghambat pertumbuhan sel mikroalga. Minyak atsiri yang digunakan adalah minyak atsiritemulawak, nilam, pala dan cengkeh.Metode percobaan pengujian efektitasminyak atsiri untukmenghambat pertumbuhan selmikroalgadilakukan secara mikroskopis dengan melihat perubahan morfologi perubahan warna kloroplas dalam durasiwaktu 0, 3, 5, 7, 10, 15 hari dandilakukan pengamatan jumlah mortalitas sel mikroalga durasi waktu 0, 3, 15 hari.Pengamatan terhadap parameter perubahan morfologi warna kloroplas atau peluruhan warna kloroplas secaramikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Sedangkan penghitungankerapatan sel, mortalitas sel mikroalga dapat dilakukan dengan menggunakan metode kamar hitung ImprovedNeubauer. Variasi konsentrasi minyak atsiri adalah 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Hasil pengujian menunjukkanbahwa keempat minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan sel mikroalga dengan tingkat keefektifan temulawak> pala > nilam >cengkeh. Minyak atsiri temulawak konsentrasi 20% dengan waktu pengujian 15 hari menunjukkandaya hambat yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan sel mikroalga dengan mortalitas sel sebesar63,31%.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here