z-logo
open-access-imgOpen Access
FILM FIKSI PENDEK “DESAK TERDESAK”
Author(s) -
Gede Basuyoga Prabhawita,
Rahayu Supanggah
Publication year - 2018
Publication title -
gelar
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2655-9153
pISSN - 1410-9700
DOI - 10.33153/glr.v15i1.2065
Subject(s) - humanities , art
“Desak Terdesak” merupakan sebuah film fiksi pendek yang berangkat dari isu tentang kurangnya “penghargaan”  terhadap perempuan Bali. Karya ini mengangkat posisi serta status perempuan Bali dalam hukum adat yang selalu berada di bawah kekuasaan laki-laki. Hal tersebut berkaitan erat dan didasari oleh keyakinan mayoritas  penduduk Bali, sistem kekerabatan patrilineal, sistem wangsa dan petuah-petuah orang tua. Dalam film fiksi  pendek ini pengkarya berusaha menghadirkan konflik sosial yang lebih tajam dengan menggabungkan  permasalahan kekerasan dalam rumah tangga, tekanan ekonomi, dan ketidakberdayaan melawan hukum  adat yang membuat posisi perempuan Bali bernama Desak semakin terdesak. Sejak kecil perempuan Bali dididik untuk mandiri, bekerja keras dan bukan mahkluk lemah yang harus dilindungi. Orang tua mengajarkan  untuk selalu menjunjung tinggi martabat dan siap berkorban demi nama baik keluarga. Perempuan Bali telah  diberikan persamaan hak dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan mengutarakan pendapat, namun  disisi lain mereka tetap diikat oleh berbagai sistem yang berlaku di Bali. “Desak Terdesak” berdurasi 20 menit,  menggunakan pendekatan Realis medan Hollywood Klasik sebagai bentuk karya dengan plot linier yang sesuai aksi peristiwa. Dialog dalam film ini menggunakan bahasa Bali dialek Singaraja untuk memperkuat  setting dan penokohan yang dibangun dalam cerita. Beberapa sumber pustaka seperti Filsafat Timur, Sebuah  Pengantar Hinduisme dan Buddhisme, Perempuan Bali, Hukum Adat Bali, Hak Waris Perempuan Bali dan  Kesalahpahaman Kasta digunakan sebagai rujukan dalam menciptakan karya ini. Film yang diilhami dari  kisah nyata ini memberikan sedikit pengetahuan, informasi, pemahaman kepada pembaca serta penonton terkait posisi perempuan dalam hukum dan pergaulan adat masyarakat Bali yang menganut sistem kekerabatan  patrilineal. Kata kunci: film, perempuan, Bali, budaya, sistem, bentuk.“Desak Terdesak” is a film of short fiction based on the issues of the lack of “appreciation” towards Balinese  women. This work tells about the position and status of Balinese women in the custom that they are always  under the men’s power. It is closely related to and based on the most Balinese belief, the patrilineal kinship  system, wangsa system, and the parental teachings. In the short fiction film, the creator tries to present the  sharper social conflict by combining the problems of domestic violance, economic depression, and the helpnessness against customary law that makes Balinese women namely Desak is more distressed. Sinceyoung,  Balinese women have been educated to be independent, working hard, and not to be a poor being that must be protected. Parents teach to always uphold dignity and to be ready to sacrifice in the name of family’s  reputation. Balinese women have been given similar rights in getting education, employment and proposing  opinion, on the other hand, they are tied by various systems held in Bali. “Desak Terdesak” has 20 minutes  duration using Realism and Classical Hollywood approach as a form of work with linear plots corresponding to  the action of events. Dialogue in the film uses Balinese language with Singaraja dialect to strengthen setting and characterization built in the story. Library sources like Eastern Philosophy, An Introductory To Hinduism  AndBuddhism, Balinese Women, Balinese Custom, Hereditary Right Of Balinese Women And Misconceptions Of Caste is used as a reference in creating this work. The film that has been inspired by a real story provides little knowledge,informations, the reader as well as the audience understanding related to the women  position in law and in customary intercommunication of Balinese community that follow patrilineal kinship system.Keywords:film, woman, Bali, culture, system, form.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here