z-logo
open-access-imgOpen Access
Menghidupkan Kesenian Ketoprak di Desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Jawa Tengah
Author(s) -
YB Rahno Triyogo
Publication year - 2020
Publication title -
abdi seni
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2723-2468
pISSN - 2087-1759
DOI - 10.33153/abdiseni.v10i2.3038
Subject(s) - humanities , art , political science
Judul  artikel  PPM  Tematik  ini adalah  Menghidupkan  Kesenian  Ketoprak  Di  Desa  Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang memusatkan perhatiannya pada usaha menghidupkan kembali kesenian ketoprak yang pernah ada sebelumnya.  Berpijak pada judul artikel di  atas  dengan  mudah  dapat  ditangkap  bahwa  yang  menjadi  tujuan  penulisan  artikel  ini  adalah mendiskripsikan usaha-usaha untuk menghidupkan kembali kesenian ketoprak yang pernah ada dan kini dalam keadaan mati suri. Adapun langkah yang ditempuh adalah mengadakan pelatihan untuk para pemain dan pengrawit, serta pembinaan dalam bidang cara-cara berorganisasi.  Pelatihan dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas dan kuantitas pemain maupun pengrawit, naskah lakon, pelatih, dan waktu atau jaduwal latihan. Adapun materi latihan meliputi membaca naskah lakon, dialog (penguasaan vokabuler bahasa Jawa dan unggah-ungguh), bloking, actions, perang kombat, perang masal, dan make-up. Latihan dilakukan secara maraton, dan menghasilkan sebuah pertunjukan ketoprak  dengan  durasi waktu 2 jam dengan lakon  Manunggal. Lakon disusun oleh Ki Legowo Cipto Karsono, Agus Joko Susilo, dan Rekryandrie Prabaningmas. Sesuai dengan keinginan masyarakat pendukungnya bahwa hasil latihan dipentaskan dalam acara perpisahan mahasiswa KKN dengan warga desa Sanggrahan yang diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus 2018.Kata kunci: eksistensi, ketoprak, Sanggrahan Temanggung. AbstractThe title of this Thematic dedication to community  article is Reviving Ketoprak Art in Sanggrahan, Kranggan, Temanggung,  Central Java, which  focuses its attention  on reviving ketoprak  art that had existed before. Based on the title of the article above it can be easily captured that the purpose of writing this article is to describe efforts to revive the art of ketoprak that once existed. The steps taken are conducting training for players and players, as well as coaching in the field of ways to organize. The training is carried out by considering the quality and quantity of players as well as players, script manuscripts, coaches, and time or time of training. The training material includes reading script, dialogue (mastering Javanese vocabulary and uploading), blocking, actions, kombat war,  mass  warfare,  and  make-up.  The  training  was  conducted  in  a  marathon,  and  resulted  in  a ketoprak show with a duration of 2 hours with the Manunggal play. The play was composed by Ki Legowo Cipto Karsono, Agus Joko Susilo, and Rekryandrie Prabaningmas. In accordance with the wishes  of  the  supporting  community  that  the  results  of  the  exercise  were staged  in  the  farewell program of Community Service Program (KKN) students and residents of Sanggrahan which was held on August 27, 2018.Keywords: existence, ketoprak, Sanggrahan Temanggung.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here