
Wakaf Masjid Secara Bertempoh di Singapura Menurut Perspektif Syariah
Author(s) -
Syed Muhammad Adib Termizi Bin Ahmad Al Jafari
Publication year - 2018
Publication title -
journal of fatwa management and research
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 0127-8886
pISSN - 2232-1047
DOI - 10.33102/jfatwa.vol5no1.87
Subject(s) - notice , islam , beneficiary , government (linguistics) , law , lease , political science , sharia , period (music) , waqf , sociology , law and economics , philosophy , theology , aesthetics , linguistics
Masjids symbolise purity with which it is a requirement for a mosque to be free from being owned by anyone and the sole beneficiary is for Allah the Al Mighty. However, Singapore’s needs for land and space to ensure its growth and progress as well as maintaining economy that changes over time made every mosque in Singapore to undergo a change in the lease period or dependant on the legal notice that allows the government to takeover control of the mosque at any point in time. These two issues clearly trespass the basis of beneficiary (wakaf) in Islam in which it is stated that properties that are classified as wakaf, have to be sustainable and are not bound to any conditions. As such, this paper is written to discuss on how a building, that is limited to a specific time period, can be regarded as a mosque, according to the views by scholars of Islamic law. A descriptive and inductive approach is being used in this research’s methodology to gather the scholar’s opinions, as well as their arguments. Analytical and critical approach is used to discuss their views and their arguments to find the opinion that is the closest match with the truth and suffice the needs of the Muslim community in Singapore and their interests. The result of this research shows that there is no consensus among the Islamic jurists that mosques must be built on land that is on wakaf property, which therefore validate the status of mosques in Singapore. This is achieved by using the opinions of scholars that allow mosques to be built on land that is on lease or rent as well as opinions of scholars that allow the use of mats or carpet to be used as a mosque.
Keywords: Wakaf, mosque, Islamic law, wakaf property
Abstrak
Masjid adalah sebuah bangunan yang mempunyai kesucian, sehingga mana disyaratkan bagi sesebuah masjid hendaklah ia terlepas dari hak milik sesiapa dengan di wakafkannya hanya untuk Allah Taala. Akan tetapi keperluan Singapura terhadap tempat dan tanah untuk memastikan ia terus membangun dan maju serta dapat melaksanakan dasar ekonomi yang berasaskan perubahan dari masa ke semasa menjadikan setiap masjid yang berada di dalam pulau ini dihadkan dengan waktu atau tergantung dengan undang-undang yang membolehkan kerajaan mengambil alih masjid tersebut pada bila-bila masa. Kedua-dua pekara itu dengan jelas melanggar asas hukum wakaf yang mensyaratkan agar mana wakaf itu mestilah berkekalan dan tiada tergantung dengan sebarang syarat. Oleh yang demikian kertas kerja ini bertujuan membincangkan sejauh manakah sesebuah bangunan yang terhad dengan waktu tertentu, harus dianggap sebagai masjid pada pandangan fiqh Islami. Pendekatan deskriptif dan induktif telah diguna pakai dalam metodologi kajian ini untuk mengumpul pendapat ulama’, serta hujah-hujah mereka. Manakala pendekatan analitikal dan kritikal pula digunakan bagi membincangkan pandangan para ulama’ serta hujah-hujah mereka untuk mencari pendapat yang paling dekat dengan kebenaran serta menjaga kepentingan dan maslahat masyarakat Islam Singapura. Dapatan kajian menunjukkan bahawa tiada kesepakatan di antara fuqaha bahawa masjid itu mesti didirikan di atas tanah yang diwakafkan, yang mana ini menjadikan masjid di Singapura sah dianggap sebagai masjid dengan menggunakan pendapat yang mengharuskan ia dibina di atas tanah yang disewa di samping pendapat yang mengharuskan hamparan atau tikar dijadikan sebagai masjid.
Kata Kunci: Wakaf, tanah wakaf, masjid, Undang-undang Islam