
KOMERSIALISASI BANTEN DALAM WACANA PENGUATAN IDENTITAS KEHINDUAN SEBAGAI IMPLEMENTASI AJARAN BHAKTI MARGA DI BALI
Author(s) -
A. A. Kade Sri Yudari
Publication year - 2018
Publication title -
dharmasmrti
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2620-827X
pISSN - 1693-0304
DOI - 10.32795/ds.v9i2.142
Subject(s) - humanities , theology , art , philosophy
Hadirnya “banten” dalam tradisi Hindu di Bali melewati perjalanan sejarah yang panjang. Di dalam kitab Yajur Weda disebutkan, adanya persembahan yang dihaturkan kepada Dewa sebagai manifestasi dari Brahman berupa; gandam, ksatam, puspam, dupam, dipam, toyam, gretam, dan soma. Sedangkan, di dalam ajaran Tantrayana yang masih sangat berpengaruh di Bali disebutkan bahwa untuk menunjukkan rasa bhakti kepada Tuhan hendaknya menjalankan konsep Panca Tattwa yakni; matsya, mamsa, madhya, mudra, dan maithuna. Baik ajaran Weda maupun Tantrayana, dan alam pikiran lokal masyarakat Bali senantiasa melandasi adanya persembahan berupa“banten”yang dikemas dalam simbol-simbol pengharapan manusia terhadap manifestasi Tuhan. Terjadinya krisis multidimensial dewasa ini, berakibat “banten” dikomersialkan, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat Hindu di Bali dalam menjalankan dharma bhakti kepada-Nya. Justru masyarakat memiliki keyakinan semakin ajeg dan kuat dalam menunjukkan identitas kehinduannya.