
Populasi, One Child Policy dan Reformasi Cina
Author(s) -
Yusnarida Eka Nizmi Nizmi
Publication year - 2019
Publication title -
ijir (indonesian journal of international relations)
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2548-4109
DOI - 10.32787/ijir.v3i1.86
Subject(s) - one child policy , political science , population , humanities , economic growth , economics , sociology , art , demography , family planning , research methodology
One child policy has been implemented in 1979 and the effects both negative and positive clearly to women. One child policy is a simple China’s economic growth grand strategy that was design to reduce population growth, infrastructure problems, labour and resources. This policy obviously effective in controlling almost all family just to have one child. The problem is that one child policy should be noted only just for short term, implemented for giving state to get its economic goals and to socialize the values of small family and not for long term solution. Various critics defense this policy because of its unrespect and harmful for women and also breaking the human rights. This research analyze one child policy and its implications to decline labour ratio which threat economic stability because of aging population. China government needs to be focus on the meaning of growth in wholistic and more understand that economic growth is also include better echievements in social politics and economic policy dimension. These dimensions will not be reached if the government keep going its attention only on liberalization and modal accumulation.
Keywords: Population Policy, One Child Policy, Family Planning, Economic Growth.
Sejak One Child Policy diimplementasikan pada tahun 1979, terlihat dengan jelas pengaruh positif dan negatifnya terhadap kaum perempuan. Kebijakan satu anak adalah salah satu bagian sederhana dari grand strategi pertumbuhan ekonomi Cina, yang dirancang untuk membatasi pertumbuhan populasi dan mengurangi tekanan infrastruktur, ketenagakerjaan dan sumberdaya. Kebijakan ini efektif dalam membatasi hampir semua keluarga hanya memiliki satu anak. Masalahnya adalah bahwa kebijakan ini harus dipandang sebagai sebuah program jangka pendek, diimplementasikan untuk memberi negara kesempatan mencapai tujuan-tujuan ekonominya dan membantu mensosialisasikan nilai dari keluarga kecil, dan bukan sebagai solusi jangka panjang untuk tekanan ekonomi. Kritik terhadap kebijakan ini sudah banyak bermunculan, kebijakan ini membahayakan kaum perempuan dan implikasinya melanggar hak asasi manusi. Tulisan ini menganalisa posisi kebijakan satu anak dan implementasinya yang banyak mendapatkan pertentanga dan penurunan rasio tenaga kerja yang pensiun yang dapat mengancam stabilititas ekonomi Cina karena persoalan “aging population”. Pemerintah Cina perlu untuk memfokuskan makna pertumbuhan secara holistik dan lebih memahami bahwa pertumbuhan juga mencakup pencapaian yang lebih baik dalam dimensi sosial, politik, dan kebijakan ekonomi. Dimensi-dimensi ini tidak akan dapat dicapai jika pemerintah terus melanjutkan perhatiannya hanya pada liberalisasi dan akumulasi modal.
Kata Kunci: Kebijakan Populasi, Kebijakan satu anak, Perencanaan Keluarga, Pertumbuhan Ekonomi