
PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SHAHABAT DAN TABI'IN DALAM MENGINTERPRETASIKAN AL-HADITS
Author(s) -
Sohari Sohari
Publication year - 2003
Publication title -
al qalam
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
eISSN - 2620-598X
pISSN - 1410-3222
DOI - 10.32678/alqalam.v20i96.653
Subject(s) - humanities , philosophy
Al-hadits sebagai sumber hukum yang kedua setelah-al-Qur'an, dalam aplikasinya di masyarakat terdapat persepsi yang berbeda, terutama dalam memahami beberapa ucapan Nabi (Hadits) sehingga antara Shahabat yang satu dengan yang lainnya terkadang terjadi pro dan kontra.Dalam memahami teks hadits di atas para shahabat terdapat perselisihan faham, ada yang memahami bahwa menulis dan mencatat al-Hadits pada masa itu adalah haram, ada pula yang memahami hadits tersebut merupakan kehati-hatian shahabat supaya tidak mencampur aduk antara al-Qur'an dan hadits, sehingga menurut pemahaman kedua ini boleh saja mencatat dan meulis al-Hadits sekaligus meriwayatkannya kepada orang lain.Perbedaan pemahaman tersebut terjadi hingga pada masa tabi'in, hanya saja sikap tabi 'in nampaknya tidak terlalu tekstual sehingga mereka berpikir secara luas dan berwawasan ke depan. Hal ini terbukti dengan adanya pembukuan al-Hadits dimasa Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.Penelitian ini menggunakan Library Research, menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan peneliatian ini.Kesimpulannya adalah: Bahwa penalaran shahabat dalam menerima dan meriwayatkan hadits sangat patuh dan hati-hati sekali, di samping itu masih bersifat tekstual, karena khawatir menyalahi aturan yang telah ditetapkan Rasul. Sedangkan para tabi'in pada dasarnya hampir sama, hanya saja yang membedakan adalah para tabi'in ternyata dalam memahami hadits lebih luas lagi yaitu tidak hanya tekstual tetapi juga kontekstual.Kata Kunci: Perbedaan pemahaman, shahabat, tabi'in, interpretasi hadits