
PERINTISAN MODEL PEMBELAJARAN TERINTEGRASI TIK DI DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, TERTINGGAL, DAN PERBATASAN
Author(s) -
Sudirman Siahaan
Publication year - 2018
Publication title -
jurnal teknodik
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2579-4833
pISSN - 2088-3978
DOI - 10.32550/teknodik.v0i0.459
Subject(s) - mathematics education , information and communications technology , class (philosophy) , pedagogy , computer science , psychology , artificial intelligence , world wide web
Learning process at the schools in frontier, outer, left, and border (3TP) areas has not commonly been touched with Information and Communication Technology (ICT). It is because the schools have no power access, limited learning sources, and limited teachers with ICT competencies. The applied learning approach is still conventional. In 2015, integrated learning model pilotting was started in 10 schools (5 Elementary Schools, and 5 Junior High Schools) spread in 5 provinces. The focus of this study is how the schools in 3TP areas – with their limited capacity – can initiate an ICTintegrated learning model. The objective is to describe how teachers in the schools of 3TP areas conduct ICTintegrated learning model pilloting. The result of this study is that the teachers firstly learn and map the digital learning content available, integrate them in their Teaching Action Plan (RPP), condition the students to learn the contents that will be discussed in the class, apply the ICT-integrated learning model, and finally evaluate the whole implementation process to improve it.
Kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah di daerah terdepan, terluar, tertinggal, dan perbatasan (3TP) pada umumnya belum tersentuh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini karena sekolah belum memiliki sumber tenaga listrik, sumber belajarnya terbatas, dan guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran juga terbatas. Metode pembelajaran yang diterapkan guru masih yang bersifat konvensional. Pada tahun 2015, perintisan penerapan model pembelajaran terintegrasi dimulai dengan memilih 10 sekolah (5 SD dan 5 SMP) yang tersebar di 5 provinsi. Masalah yang menjadi fokus pembahasan di dalam tulisan ini adalah bagaimana sekolah-sekolah di daerah 3TP yang kondisinya serba terbatas dapat memulai penerapan model pembelajaran terintegrasi TIK. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana para guru di sekolah-sekolah daerah 3TP melaksanakan perintisan penerapan model pembelajaran terintegrasi TIK. Kesimpulan hasil kajian adalah bahwa guru terlebih dahulu mempelajari dan memetakan konten pembelajaran digital yang tersedia dan yang dicari sendiri, mengintegrasikannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan peserta didik untuk mempelajari konten yang akan dibahas di kelas, menerapkan model pembelajaran terintegrasi TIK, dan akhirnya melakukan evaluasi keterlaksanaan model pembelajaran sebagai upaya guru menyempurnakan model.