
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU PEKERJA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Author(s) -
Syamsul Bahri,
Mulyadi Mulyadi
Publication year - 2021
Publication title -
sulolipu
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2622-6960
pISSN - 0854-624X
DOI - 10.32382/sulolipu.v21i1.1969
Subject(s) - medicine , gynecology
ABSTRAKPenyakit Akibat Kerja Merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor perilaku pekerja dengan kejadian penyakit akibat kerja. Jenis penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif yaitu mengumpulkan data berupa data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur, buku-buku dan hasil penelitian sebelumnya dengan mengkaji hubungan variabel bebas dan variabel terikat.Berdasarkan dari 6 jurnal studi penelitian yang telah dikaji menunjukkan hubungan yaitu Haris Setiawan dan Ipop Sjariah (2015), didapatkan tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan pada mulut, gigi, dan saluran pernafasan. Sarinah dan Supri (2015), hasil uji statistik didapatkan nilai masing- masing 0,024 dan 0,025 karena nilai p-value <0,05 sehingga ada hubungan dengan kejadian penyakit akibat kerja. Margareta Pratiwi Eka (2016), menunjukkan nilai p-value 0,014 yang artinya ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit akibat kerja. Husaini dkk (2017), menunjukkan nilai p-vaule 0.000 artinya ada hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan penyakit akibat kerja. Farmawaty dkk (2018), didapatkan bahwa penyakit merupakan risiko yang sering dialami oleh penganggut sampah. Ratnah dan Agus (2018), didapatkan bahwa penyakit yang dialami oleh pekerja yaitu gangguan pernafasan, kelelahan otot, dan gangguan kulit.Untuk itu perlunya edukasi berupa penyuluhan yang dilakukan perusahaan terhadap karyawan dan pekerja sektor informal terkait penyakit akibat kerja sehingga mampu meminimalisir terjadinya penyakit di tempat kerja.