
DERADIKALISASI ISLAM MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT CIGUGUR
Author(s) -
Muhammad Arif
Publication year - 2017
Publication title -
akademika : jurnal pemikiran islam/majalah akademika
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2356-2420
pISSN - 1693-069X
DOI - 10.32332/akademika.v22i1.716
Subject(s) - multiculturalism , sociology , humanities , islam , context (archaeology) , pedagogy , multicultural education , philosophy , theology , geography , archaeology
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan konteks deradikalisasi Islam melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal. Untuk maksud tersebut, dilakukan penelitian mendalam pada masyarakat Cigugur. Penelitian menghasilkan temuan bahwa sikap toleran, saling menghargai, saling menghormati, dan bahkan saling bekerja sama yang tercipta dalam kehidupan masyarakat Cigugur yang multi agama dan multikultural didukung oleh aktualisasi pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal yang mencakup tiga dimensi, yakni dimensi waktu, dimensi tempat, dan dimensi isi. Menurut dimensi waktu, pendidikan diselenggarakan dalam tiga fase, yakni sateuacan nitis (sebelum nitis), sateuacan boboran (sebelum lahir), dan saatosna boboran (setelah lahir). Menurut dimensi tempat, masyarakat Cigugur menyelenggarakan pendidikan di lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), dan lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal). Sementara, menurut dimensi isi, terdapat etika sebagai pedoman dan tuntunan berperilaku sosial yakni berupa cara ciri manusia dan cara ciri bangsa.
This article aims to describe the context of the de-radicalization of Islam through multicultural education based on local wisdom. For this purpose, conducted in-depth research on Cigugur society. The study produced findings that tolerance, mutual respect, and even cooperate with each other in Cigugur society that’s multi-religious and multicultural, supported by the actualization of multicultural education based on local wisdom that includes three dimensions, namely the dimension of time, the dimensions of the place, and dimensional content. According to the dimension of time, education was held in three phases, namely “sateuacan nitis” (before mariage), “sateuacan boboran” (before birth), and “saatosna boboran” (after birth). According to the dimensions of the place, the people Cigugur education in the family environment (informal education), school environment (formal education) and community (non-formal education). Meanwhile, according to the dimensions of the content, there are ethical guidelines and guidance in social behavior, namely “cara ciri manusia” and “cara-ciri bangsa”.