
Noerhasjim Gandhi dan Peran Tokoh Agama dalam Perjuangan Integrasi Papua
Author(s) -
Paisal Paisal
Publication year - 2018
Publication title -
pusaka
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2655-2833
pISSN - 2337-5957
DOI - 10.31969/pusaka.v6i1.41
Subject(s) - humanities , art
Kemunculan Noerhasjim Gandhi sebagai tokoh pejuang dari tanah Papua, menjadi pemicu untuk memunculkan tokoh-tokoh lain yang diyakini berperan besar dalam membangun keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artikel ini merupakan sebuah kajian tentang biografi singkat yang mengulas satu sisi kehidupan seorang tokoh, yaitu salah seorang sukarelawan pejuang integrasi tanah Papua yang bernama Drs. KH. Noerhasyim Gandhi bin Ghozali. Lahir di Banyuwangi 11 Agustus 1935 dan wafat di Sorong 12 Oktober 2013. Awalnya ia merupakan utusan Departemen Agama untuk memenuhi permintaan Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat untuk mengirimkan sukarelawan Guru Agama Islam. Ia tiba di Papua pada 5 Desember 1962 beberapa bulan pasca peristiwa Macan Tutul yang menewaskan Komodor Yos Sudarso. Dalam riwayat pendidikannya beliau menimba ilmu dari ayahnya (angkat) Kyai Moh. Shodiq di Banyuwangi, belajar Qira’ah Sab'ah pada KH. Abd. Karim di Gresik, santri KH. Ahmad Damanhuri di Malang. Noerhasjim Gandhi tergabung dalam laskar kesatuan yang bersifat rahasia dan bergerak di bawah tanah bernama OPI (Organisasi Pemuda Irian/Indonesia). Ia mempersiapkan dan mengawal PEPERA tahun 1969. Di Kota Sorong beliau konsentrasi di bidang Keagamaan dan Pendidikan. Sebagai anggota gerakan dari organisasi pejuang yang tugas utamanya sebagai guru Noerhasjim dan kawan-kawannya diawasi diam-diam oleh otoritas UNTEA yang masih ditunggangi Belanda. Peran sebagai guru agama yang dihormati cukup membantu dalam mendekati tokoh agama dan masyarakat setempat dan hal tersebut memudahkan dalam mengemban tugas mempengaruhi pilihan dalam Pepera di kemudian hari.