
HISTORIOGRAFI ISLAM DI KERAJAAN BANTAENG
Author(s) -
Laurent Sakka
Publication year - 2016
Publication title -
al qalam - balai penelitian lektur keagamaan ujung pandang/al-qalam
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2540-895X
pISSN - 0854-1221
DOI - 10.31969/alq.v20i1.175
Subject(s) - humanities , art , physics
Penelusuran data informasi dalam penelitian ini dimulai dari proses pencarian arsip, buku-buku, naskah/lontara dokumen-dokumen lainnya maupun informasi lisan. Penelitian ini menunjukkan bahwa di Kerajaan Bantaeng adalah kerajaan besar yang memiliki 7 kampung atau disktrik yakni: Onto, Bissampole (Karatuang), Sinewa (Kambittana), Gantarang Keke, Mamampang (Bungaya), Lawi-lawi (Mangngepong), Katapang (Ulu Galung). Proses islamisasi di Kerajaan Bantaeng dimulai Pada akhir tahun 1607 sewaktu kerajaan Bantaeng di perintah oleh seorang karaeng yang bernama Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui eksistensi kerajaan di kabupaten Bantaeng melalui Sombaya Karaeng Ma’jombea (raja ke XIV), Dengan penjelasan di atas maka dapat dipastikan bahwa islamisasi di Bantaeng berada dalam kaisaran priode awal abad XVII M. Meskipun agak terlambat dibandingkan pusat-pusat perkembangan agama Islam di Kerajaan lainnya. Proses islamisasi yang terjadi di Bantaeng kemungkinan besar dibawa oleh muballigh atau misionaris Kerajaan Gowa, jadi bukan dilakukan oleh Datuk ri Tiro (Khatib Bungsu) yang mengislamkan Karaeng Tiro (Bulukumba), sebagaimana pendapat beberapa pihak. Besar kemungkinan adalah syech Nurun Baharuddin Nasabadiyah sebagai muballigh yang sengaja dikirim oleh Raja Gowa Sultan Alauddin.