Open Access
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN MAKANAN DAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BADUTA DI DESA PARAPPE
Author(s) -
Rahmaniah
Publication year - 2020
Publication title -
journal of health, education, and literacy/journal of health, education and literacy (j-healt)
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2714-7827
pISSN - 2621-9301
DOI - 10.31605/j-healt.v2i2.617
Subject(s) - medicine , gynecology
Stunting pada baduta merupakan masalah gizi kronis yang masih menjadi perhatian di Indonesia. Stunting mengindikasikan efek kumulatif dari kekurangan atau ketidakcukupan asupan energi, zat gizi makro dan mikro dalam jangka panjang atau hasil dari infeksi kronis atau infeksi yang terjadi berulang kali. Diantara faktor yang mempengaruhi kejadian stunting adalah frekuensi pemberian makanan dan riwayat ASI eksklusif. Di Indonesia Prevalensi stunting tahun 2013 sebesar 37,2%, di Sulawesi Barat sebesar 47,0% dan Sulawesi Barat menempati prevalensi kedua tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur. Di Polewali Mandar jumlah stunting sebanyak 300 balita. Wilayah kerja Puskesmas Campalagian berada diurutan kedua tertinggi stunting setelah Tutar dengan jumlah balita stunting 53 balita, yang terdiri dari 35 baduta dan 18 diatas baduta. Di Kecamatan Campalagian dari 13 desa yang ada, Desa Parappe merupakan desa dengan persentase tertinggi stunting baduta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan frekuensi pemberian makanan dan riwayat Asi eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh baduta sebanyak 193 di wilayah kerja Puskesmas Campalagian. Sampel penelitian adalah baduta di Desa Parappe sebanyak 65. Data frekuensi pemberian makanan dan riwayat ASI eksklusif didapatkan menggunakan kuesioner, sedangkan data stunting didapatkan dari hasil pengukuran. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa frekuensi pemberian makanan dengan stunting (p=0.12) dan riwayat ASI eksklusif dengan stunting (p=0.10). Berarti p>α= 0,05, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian makanan dan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting baduta. Disarankan terhadap petugas gizi di Puskesmas Campalagian agar meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan tentang pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dari segi kualitas maupun kuantitas dan pola pemberian MP ASI yang sesuai dengan umur anak.