
Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Djik Terhadap Pidato Gubernur Anies Baswedan Tentang Ungkapan Kata "Pribumi"
Author(s) -
Andi Tamrin
Publication year - 2020
Publication title -
al-munzir
Language(s) - Spanish
Resource type - Journals
eISSN - 2620-326X
pISSN - 1979-4894
DOI - 10.31332/am.v12i2.1484
Subject(s) - humanities , art
Media adalah alat strategis untuk membantu manusia mengetahui sebuah informasi telah terjadi dimanapun terjadi. Media juga sebagai alat yang dijadikan untuk melakukan politk, sering kali para politik terjebak dalam media itu sendiri (media menjadi bumerang), seperti yang terdapat pada pidato Anies Baswedan saat setelah dilantik sebagai Gubernur Jakarta. Dimana ia mengucapkan kata-kata “Pribumi” dalam pidato politik pertamanya sebagai Gubernur. Sebelum ia mengklarifikasi kata “Pribumi”, dengan cepat berkembang pidatonya tentang kata “Pribumi” ditelinga warga Jakarta khususnya dan indonesia umumnya. diketahui larangan memakai kata “Pribumi” sebagaimana terdapat dalam UU No 40 tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi dan Etnis, selain UU tersebut, hal ini juga diatur dalam instrksi Presiden Nomor 26 tahun 1998 tentang menghentikan penggunaan istilah “Pribumi” dan non”Pribumi” dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan ataupun pelakasanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan analisis wacana kristis Teun A. Van Dijk, studi tentang struktur pilihan bahasa dan gramatika bahasa yang dipakai. Dari hasil analisis wacana kritis Teun A. Van Djik terhadap pidato Gubernur Anies Baswedan tentang ungkapan kata “Pribumi” Gubernur Anies Baswedan membacarakan historis Indonesia yang dijajah oleh klonialis, dengan tujuan memberikan semangat baru kepada masyarakat Jakarta untuk sama-sama membangun Jakarta, sehingga masyarakat Jakarta dapat memberikan kemudahan untuk Gubernur Anies Baswedan dalam menjalankan janji-janji ketika berkampanye.Kata kuci: Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Djik, Pidato dan “Pribumi”