
DOSIS HIJAUAN DAN MULSA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L. Moench.)
Author(s) -
Palupi Puspitorini
Publication year - 2020
Publication title -
agrika
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2541-6529
pISSN - 1907-5871
DOI - 10.31328/ja.v14i1.1270
Subject(s) - horticulture , mathematics , physics , biology
Tujuan dari penelitian ini adalah 1), menentukan dosis tithonia optimal dan perlakuan mulsa jerami pada tanaman okra, 2) membandingkan pemupukan tithonia organik dan anorganik, 3). untuk menentukan sisa nutrisi dalam tanah setelah panen okra. Percobaan disusun dalam rancangan petak faktorial. Petak utama adalah Mulsa jerami terdiri 2 tingkat (0 dan 5 tonha-1). Anak petak adalah Thitonia terdiri dari 6 tingkat (0, 60, 120, 180, 240 kg Nha-1 dan 120 kgha-1 pupuk anorganik sebagai kontrol. Tanah memiliki C organik 1,47% (rendah), total tanah N 0,2% (sedang), rasio C / N 6,0 (rendah), K2O 48 me100 gr-1 (tinggi) dan P2O5 (olsen) 27,64 mgkg-1 (sedang), kandungan bahan organik 2,53% (sedang). adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering total tanaman, luas daun.Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat interaksi dosis tithonia dan mulsa jerami. Pertumbuhan dan hasil okra dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat tithonia. Mulsa jerami sangat penting dibandingkan tanpa perlakuan mulsa. Perlakuan pemupukan meningkatkan 25% dari rata-rata hasil polong segar dibandingkan tanpa pemupukan. Pertumbuhan dan hasil nilai tithonia terbaik adalah 180 kgNha-1. Bobot kering total tanaman 90 - 200% lebih tinggi daripada tanpa pemupukan. Pemupukan anorganik meningkat 36% berat segar polong dari pemupukan organik. Mulsa jerami memiliki efek negatif terhadap okra pada musim hujan, penurunan jumlah polong segar masing-masing 26 - 48%, hasil okra polong segar berkurang 57 - 98%. Kadar polong dan kadar gula total polong tidak dipengaruhi oleh tingkat tithonia dan mulsa jerami.