
Pengaruh Penambahan Water Tube Dan Penggunaan Air Panas Hasil Penyulingan pada Boiler Terhadap Lama Waktu Penyulingan Minyak Pala
Author(s) -
Nuzuli Fitriadi,
Yusrizal Yus
Publication year - 2019
Publication title -
jmemme (journal of mechanical engineering, manufactures, materials and energy)
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2549-6239
pISSN - 2549-6220
DOI - 10.31289/jmemme.v3i2.3096
Subject(s) - physics , nuclear chemistry , boiler (water heating) , chemistry , thermodynamics
Kualitas minyak pala ditentukan oleh kualitas pala dan penggunaan teknologi proses pemurnian yang digunakan. Teknik pengeringan untuk bahan baku dan proses penyulingan yang meliputi bahan ketel, sistem pendingin, dan desain ketel untuk penyulingan mempengaruhi hasil dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Boiler terbuat dari Stainless steel 304 dengan diameter 70 cm, panjang 120 cm, dan tebal pelat 3 mm. Boiler juga dilengkapi dengan system water tube untuk mempercepat pemanasan air. Tekanan berlebih dikendalikan oleh katup pengaman tekanan karena boiler ini dirancang dengan kapasitas tekanan 3 bar. Ketel terbuat dari Stainless steel 304 yang dilengkapi dengan keranjang bertingkat untuk memkasimalkan sirkulasi dan tekanan uap dalam ketel. Pipa kondensor yang berada dalam air pendingin menggunakan pipa aluminum untuk memaksimalkan proses kondensasi. Selama proses pemanasan air di dalam water tube terus terjadi peningkatan temperatur hingga 80 o C pada menit ke 90. Temperatur air yang dipompakan ke dalam boiler sudah mencapai 73 o C yang bersumber dari kondensor. Sejalan dengan peningkatan temperatur air di dalam kondensor, hal ini mengakibatkan kestabilan temperatur pada saat penambahan air dalam boiler. Rata-rata penurunan temperatur hanya 2,7 oC. Penggunaan air panas dari kondensor dapat meningkatkan efektifitas boiler untuk menghasilkan uap yang ditransfer ke ketel. Hal ini menyebabkan temperatur di ketel langsung stabil pada menit ke 90 dengan rata-rata temperatur sebesar 110 o C. Tempertur air yang dihasilkan oleh kondensor bertahan pada 84-85 o C. Kondisi ini diakibatkan oleh penambahan air ke dalam kondensor yang dilakukan setelah air dalam kondensor tersebut dipompa ke boiler. Tempertur air dalam kondensor ini selain dapat meningkatkan efektifitas boiler dan ketel tetap juga dapt menurunkan kemampuan pipa kondensor untuk merubah fase uap ke cair. Penggunaan cooling tower sangat dibutuhkan untuk dapat menstabilkan temperatur air dalam kondensor maksimal hingga 60-65 o C. Perbedaan tempertur boiler, ketel dan kondensor dimana temperatur air dalam kondensor masih terlalu tinggi (85 o C). Hal ini perlu treatment khusus untuk menjaga temperatur kondensor pada temperatur rendah agar proses perubahan fase uap ke cair dapat berlangsung secara optimal.