
Kemampuan Representasi Simbolik Mahasiswa Calon Guru dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gender
Author(s) -
Putri Ayu Kusgiarohmah,
Sudirman Sudirman,
Swasono Rahardjo
Publication year - 2022
Publication title -
jurnal cendekia : jurnal pendidikan matematika/jurnal cendekia
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2614-3038
pISSN - 2579-9258
DOI - 10.31004/cendekia.v6i1.1135
Subject(s) - humanities , mathematics , mathematics education , art
BNSP telah mengatur standar profesionalitas guru dalam mengajar. Standar tersebut antara lain, guru wajib menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika. Standar profesionalitas guru tersebut ditujukan agar guru mampu membantu dan membimbing peserta didik dalam mencapai tujuan belajarnya. Namun, hasil observasi mahasiswa calon guru matematika di salah satu universitas yang berada di Malang menunjukkan jika mereka masih mengalami kesulitan dalam membuat representasi matematis. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kemampuan representasi simbolik mahasiswa calon guru ditinjau dari perbedaan gender. Perbedaan gender dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan apakah perbedaan gender dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membuat representasi matematis. Pendekatan Mixed Methods dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dipilih untuk menjabarkan tujuan penelitian. Data dikumpulkan melalui kegiatan dokumentasi dan tes. Tes diberikan kepada 35 mahasiswa calon guru dengan jurusan Pendidikan Matematika di salah satu universitas yang ada di Malang. Sebanyak 4 mahasiswa yang terdiri dari 2 mahasiswa perempuan dan 2 mahasiswa laki-laki dipilih untuk dikaji lebih rinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan lebih ulet dan teliti dalam menyelesaikan masalah matematis. Mereka mampu membuat representasi simbolik dari masalah yang diberikan. Mahasiswa perempuan juga membuat interpretasi dari simbol-simbol yang digunakan dalam selesaian masalah. Berbeda dengan mahasiswa laki-laki. Mereka lebih cenderung langsung menginputkan bilangan-bilangan yang termuat di soal kedalam algoritma selesaian masalah.