z-logo
open-access-imgOpen Access
ESENSI ETIKA DALAM NORMA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN
Author(s) -
Tomy Michael
Publication year - 2015
Publication title -
dih
Language(s) - Italian
Resource type - Journals
eISSN - 2654-525X
pISSN - 0216-6534
DOI - 10.30996/dih.v11i22.2233
Subject(s) - humanities , political science , philosophy
Di dalam UUD NRI 1945 terdapat frase “perbuatan tercela” sebagai salah satu syarat untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden menimbulkan ketidakjelasan norma. Hal lainnya yaitu memasukkan norma agama, norma kesusilaan dan norma adat ke dalamnya sebagai indikator perbuatan tercela. Hal ini membawa konsekuensi terhadap Presiden sebagai kepala eksekutif karena dengan adanya ketidakjelasan norma akan menimbulkan ketidakpastian hukum (muncul berbagai interpretasi). Di dalam mewujudkan indikator perbuatan tercela maka wajib menghilangkan perbuatan yang keberlakuannya dapat dinilai oleh masyarakat luas artinya di dalamnya harus mempersempit apakah yang dimaksud sebenarnya dengan perbuatan tercela.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here