Open Access
PANASNYA MATAHARI TERBIT DERITA RAKYAT SUKABUMI PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG 1942-1945
Author(s) -
Sulasman
Publication year - 2013
Publication title -
patanjala : jurnal penelitian sejarah dan budaya
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2598-1242
pISSN - 2085-9937
DOI - 10.30959/patanjala.v5i3.97
Subject(s) - humanities , art
AbstrakTulisan ini bertujuan menggambarkan penderitaan rakyat Sukabumi masa Pendudukan Jepang. Untuk merekonstruksi peristiwa itu digunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada awal kedatangannya, tentara Jepang disambut dengan antusias oleh masyarakat Sukabumi. Dengan harapan mereka dapat membebaskan belenggu dari penjajahan Belanda. Banyak tokoh di Sukabumi yang membantu proses pengambilalihan kekuasaan dari tangan Belanda ke Pemerintah Pendudukan Jepang. Ternyata harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Kebijakan-kebijakannya banyak merugikan bangsa Indonesia. Kebijakannya lebih menekannkan ke arah bagaimana Bangsa Indonesia bisa membantu kepentingannya untuk menjadi imperium baru menggantikan Pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintah Pendudukan Jepang telah menggunakan simbol-simbol agama, seperti ulama dan kiai sebagai alat propaganda untuk mendukung program ekonomi perangnya. Ulama dan kiai dididik melalui Program Pendidikan Kader Ulama. Setelah mereka mengikuti pendidikan, diwajibkan menjadi propagandis Pemerintah Pendudukan Jepang dalam program wajib serah padi dan romusha. Kebijakan Pemerintahan Pendudukan Jepang yang melibatkan tokoh tokoh ulama telah menempatkan posisi ulama dan kiai yang tadinya terhormat menjadi tidak terhormat, karena mereka dianggap terlibat dalam peristiwa yang membuat masyarakat Sukabumi mengalami penderitaan. Masyarakat Sukabumi jatuh dalam kemiskinan dan penderitaan ekonomi secara sistematis. Kehidupan masyarakat Sukabumi di bawah Pemerintahan Pendudukan Jepang mengalami penderitaan lahir dan batin. AbstractThis text aims to describe the Sukabumi’s people sufferings at the time of Japanese occupation in Indonesia. For reconstructing the event, it uses the historical method which includes Heuristics, Critics, Interpretation, and Historiography. The result of this study shows that at the beginning of its arrival, the Japanese Troops was enthusiastically welcomed by the Sukabumi’s people. They hoped that the troops can free the people from the Dutch imperialism. There were many figures from Sukabumi who helped the Japanese troops to take over the power from Dutch. In fact, that hope was not realized. The Japanese policies were disadvantageous for Indonesian people. Those policies were emphasized more on how the Indonesian people help the Japanese tobecome the new imperium which substitute the Dutch Colonial Government. The Japanese troops had used the religious symbols such as the scholars and the Kiai as a tool of propaganda to support their economic war program. The scholars and Kiai were trained through The Scholar Cadre Training Program. After trained, they should become the Japanese propagandists in order to tell and ask people to join the paddy grain sharing program and also romusha program. The Japanese policies that involved the scholar figures had replaced the scholars’ and Kiais’ position from the honoured one to become the dishonoured one. It was because they were assumed to be responsible for the Sukabumi’s people suffering. The Sukabumi’s people suffered from the poverty and also suffered from the systematically economic decreasing. The Sukabumi’s people life was physically and psychologically suffering under the Japanese occupation.