z-logo
open-access-imgOpen Access
RONGGENG BUGIS DALAM TINJAUAN SEJARAH KEBUDAYAAN
Author(s) -
M. Halwi Dahlan
Publication year - 2012
Publication title -
patanjala : jurnal penelitian sejarah dan budaya
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2598-1242
pISSN - 2085-9937
DOI - 10.30959/patanjala.v4i2.144
Subject(s) - humanities , dance , art , geography , visual arts
AbstrakRonggeng Bugis adalah salah satu jenis seni tari yang berkembang di Kabupaten dan Kota Cirebon.  Beberapa sumber menyebutkan bahwa tari ini dilahirkan semasa dengan pembentukan Kerajaan Cirebonoleh Sunan Gunung Jati tahun 1482.  Ide lahirnya tari ini adalah sebagai samaran dalam kegiatan memata-matai musuh. Tari yang dimainkan oleh kaum laki-laki ini didandani seperti perempuan dan ditampilkan dalam bentuk sendratari yang mengandung unsur humoris. Kata “bugis” yang melekat pada nama tari ini identik dengan nama salah satu suku bangsa di Pulau Sulawesi bagian selatan selain suku bangsa Makassar, dan Toraja. Kaitan antara Kerajaan Cirebondengan suku Bugis ini adalah adanya klaim bahwa orang-orang bugis telah menjadi bagian dari pasukan telik sandi Cirebonsehingga namanya menjadi Ronggeng Bugis. Masalahnya, dukungan data berupa dokumen tentang keberadaan orang Bugis di Cirebon pada abad XV  tidak ada kecuali oral history, tetapi telah menjadi keyakinan masyarakat setempat terutama kalangan seniman bahwa orang Bugis pernah menjadi anggota pasukan Kerajaan Cirebon.  Tujuan penulisan ini adalah mengungkap peranan orang Bugis diCirebon dengan melakukan perbandingan dengan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan “merantaunya” pasukan Bugis.  Metode yang digunakan adalah metode diskriptif analisis sedangkan pemaparan peristiwanya menggunakan metode sejarah.  Hasilnya adalah fakta menarik tentang peranan orang Bugis tersebut. AbstractRonggeng Bugis is a kind of dance that was developed in Cirebon. Some sources say that the birth of the dance was contemporaneous with the establishment of the Kingdom of Cirebon by Sunan Gunung Jati in 1486. The purpose of the dance was firstly as a disguise to spy on the enemy. The dancers are men who dressed up in women’s costume and it is performed as sendratari (drama in the form of dance) that contains elements of humor. Ronggeng Bugis is performed by the Bugis troop of the Cirebon Kingdom’s army. Bugis is the name of ethnic group from South Sulawesi, and this is how the dance got its name. The questions are whether the Bugisnese troop had been established at that time and what their contributions were because the Bugisnese had not been migrated to Cirebon until the 17th century whereas the Kingdom of Cirebon had been founded in the 15th century. There is a distance of about 200 years. This study finds that Ronggeng Bugis was not invented contaporaneous with the establishment of the Kingdom of Cirebon but, instead, during the conflict between Trunojoyo dan Amangkurat I of the Kingdom of Mataram. The author describes the invention and development of Rnggeng Bugis based on bibliographic study and interview with the artists.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here