z-logo
open-access-imgOpen Access
TRADISI BERLANJUT BUDAYA AUSTRONESIA DI LIMA PULUH KOTO, SUMATERA BARAT
Author(s) -
Triwurjani Triwurjani
Publication year - 2016
Publication title -
berkala arkeologi/berkala arkeologi
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2548-7132
pISSN - 0216-1419
DOI - 10.30883/jba.v36i2.232
Subject(s) - megalith , diaspora , geography , archaeology , ethnology , history , sociology , gender studies
Austronesian diaspora shows that around 60% of Austronesian-speaking people live in Indonesia. Among the locations with traces of Austronesian cultural remains is the  information about the diaspora of Research reveals that the continuing megalithic tradition. The problem is: if megalithic culture was brought by migrants in which Austronesian period did the menhirs should be placed, the proto-historic or recent Austronesian; how is the dispersal pattern of the menhirs; and who were the bearers of the culture. Therefore we have to reveal the form and dispersal of the megalithic culture and Austronesian migration in Lima Puluh Koto Area. The aim of this research is revealing cultural history through the migrant's adaptation within the perspective of Austronesian diaspora. Thus information about the diaspora of the Austronesians and the ethnogenesis of Indoneisan nation can be recognized. Research reveals that the continuing megalithic tradition which is used the  qualitative method and   assumed base on archaeological remains at Lima Puluh Koto area is a distribution of menhirs,  that forms clusters in accordance with nagari (state) at certain area, and they are dispersed up to the hilly area. Some of these menhirs have sacred function but there are also those with profane functions like marks of village, house yard, or street boundaries, as well as the marker of village or hamlet roads.Diaspora Austronesia menunjukkan kurang lebih 60% penutur tinggal di Indonesia. Salah satu lokasi jejak Austronesia adalah di Kabupaten Lima Puluh Koto, Sumatera Barat, yaitu sebaran menhir yang mencapai ratusan jumlahnya. Bentuk budaya Austronesia dikenal sebagai budaya yang meneruskan tradisi-tradisi masa prasejarah dan berlanjut pada masa sejarah, seperti tradisi megalitik. Permasalahannya adalah, apabila budaya megalitik dibawa oleh para migran, pada periode Austronesia protosejarah ataukah Austronesia masa kini menhir-menhir tersebut berada?, bagaimana pola sebaran menhir-menhir tersebut? dan siapa pendukungnya?. Penelitian ini berusaha mengungkapkan bentuk dan persebaran budaya megalitik dan migrasi Austronesia di Kawasan Lima Puluh Koto. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan sejarah kebudayaan dan adaptasi kaum migran dalam perpekstif diaspora Austronesia, sehingga memperkaya informasi tentang diaspora Austronesia dan asal-usul etnogenesis bangsa Indoensia. Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif ini menunjukkan bahwa tradisi megalitik di kawasan Lima Puluh Koto adalah sebaran menhir yang membentuk kelompok-kelompok berdasarkan nagari pada area tertentu. Sebaran menhir ini selain mempunyai fungsi sakral juga mempunyai fungsi profan antara lain sebagai batas kampung, batas halaman, maupun batas jalan raya desa, atau jalan-jalan di kampung.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here