z-logo
open-access-imgOpen Access
BUDAYA AGRARIS DALAM KONSEP IDIOM BAHASA INDONESIA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK
Author(s) -
Syamsul Rijal
Publication year - 2018
Publication title -
diglosia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2615-8655
pISSN - 2615-725X
DOI - 10.30872/diglosia.v1i1.pp45-52
Subject(s) - indonesian , humanities , sociology , linguistics , art , philosophy
Language cannot be separated from culture. In fact, language is the cultural expression of a nation. An agrarian culture in Indonesian has undergone internalization, giving birth to new words and phrases. The results of this study show several words and phrases which are idioms in Indonesian with the process of internalization of agrarian culture. The words and phrases of the agrarian culture can be found in agricultural terms, for example lahan basah, membanting tulang, memeras keringat, panen, mencairkan, and others. These words and phrases have blended in people's minds and expressed everyday culture. Who knows who started and where it came from. However, the Indonesian language user community has accepted these terms as ancestral cultural heritage. Understanding idioms seems difficult if you only understand the meaning of conventions from Indonesian speakers. The semantic load contained in the concept of idioms is too long a derivative chain. Therefore, this paper bridges Indonesian language users to understand the concept of Indonesian idioms which is an internalization of the Indonesian agrarian culture itself. ABSTRAK Bahasa memang tidak bisa dipisahkan dari budaya. Bahkan, bahasa merupakan ekspresi budaya suatu bangsa. Budaya agraris dalam bahasa Indonesia sudah mengalami internalisasi sehingga melahirkan berbagai kata dan frasa baru. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa kata dan frasa yang merupakan idiom dalam bahasa Indonesia dengan proses internalisasi budaya agraris. Kata dan frasa dari budaya agraris tersebut dapat ditemukan dalam istilah pertanian, misalnya lahan basah, membanting tulang, memeras keringat, panen, mencairkan, dan lain-lain. Kata dan frasa tersebut telah membaur dalam benak masyarakat dan mengekspresikan budaya sehari-hari. Entah siapa yang memulai dan dari mana munculnya. Akan tetapi, masyarakat pengguna bahasa Indonesia telah menerima istilah-istilah tersebut sebagai warisan budaya nenek moyang. Memahami idiom sepertinya sulit jika hanya memahami makna konvensi dari para penutur bahasa Indonesia. Beban semantik yang terkandung dalam konsep idiom terlalu panjang rantai turunannya. Oleh karena itu, tulisan ini menjembatani pemakai bahasa Indonesia untuk memahami konsep idiom bahasa Indonesia yang merupakan internalisasi dari budaya agraris masyarakat Indonesia sendiri.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here